Laporan Wartawan GridHype.ID, Ruhil I. Yumna
GridHype.ID-Kabar meninggalnya Goo Hara menjadi duka yang sangat mendalam bagi keluarga, orang terdekat dan rekannya yang ada di dunia hiburan Korea Selatan.
Di usia yang yang tergolong muda yakni, 28 tahun, Goo Hara meninggal dunia pada Minggu (24/11/2019) kemarin.
Goo Hara sendiri adalah eks member dari girlgroup KARA.
Baca Juga: BisaBerbahaya, Jangan Pernah Oleskan Pasta Gigi pada Luka Bakar, Dokter Ungkap Akibatnya
Ia ditemukan tewas di kediamannya di Choengnam, Seoul.
Seorang kenalan terdekat Goo Hara, menyampaikan betapa kesepiannya hidup Goo Hara sepanjang tahun 2019.
"Dia pasti merasa sangat kesepian tanpa sebuah agensi di Korea. Dari apa yang aku pahami, setelah kontraknya di agensi Korea berakhir, dia fokus dengan promosinya di Jepang," ungkap kenalan tersebut dilansir Koreaboo, Minggu (24/11/2019) sebagaimana diberitakan Kompas.com.
Dilansir dari Grid.ID, sebelum ditemukan meninggal, tepatnya bulan Mei tahun ini, Goo Hara sempat dikabarkan melakukan percobaan bunuh diri.
Banyak dugaan yang menyatakan jika kasus persidangan melawan kekasihnya dan komentar negatif membuat Goo Hara merasa tertekan bahkan depresi.
Ya, banyaknya kasus bunuh diri yang belakangan ini terjadi, seolah menggugah kita akan pentingnya kesehatan mental.
Baca Juga: Tak Banyak Orang Tahu, Kenali Sosok Ani Idrus yang Muncul di Google Doodle Hari Ini
Sebuah studi yang dilansir dari Kompas.com menyatakan sebuah hasil yang mengejutkan terkait penyakit mental.
Berdasarkan sebuah studi terbaru menemukan bahwa 1 dari 7 anak berpotensi menderita penyakit mental.
Jumlah tersebut ternyata lebih besar dibandingkan potensi penyakit kanker, diabetes, dan AIDS.
Jenis penyakit mental yang berhasil diindikasi adalah depresi, kecemasan, hingga Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Dilansir dari Independent, dalam penelitian itu melibatkan 1,3 juta anak Denmark.
Anak-anak itu akan dipantau sejak lahir hingga usia 18 tahun.
Dari penelitian itu diketahui 14,6 persen anak perempuan dan 15,5 persen anak laki-laki didiagnosa menderita penyakit mental sebelum usia 18 tahun.
Baca Juga: Disebut Numpang Hidup dari Raffi Ahmad, Nisya Ahmad: Terserah Orang Mau Bilang Apa
Mayoritas anak perempuan didiagnosa mengalami kecemasan dan anak laki-laki paling umum menderita ADHD.
Penelitian itu menemukan jika anak perempuan lebih rentan terhadap skizofernia, gangguan obsesif komplusif (OCD), dan gangguan suasana hati dibandingkan laki-laki.
Sedangkan untuk anak laki-laki, mereka lebih rentan terhadap penyakit mental pada usia yang lebih muda.
Umumnya anak laki-laki rentan menderita ADHD, parahnya kondisi ini akan memuncak pada usia delapan tahun.
Untuk anak perempuan akan semakin parah menderita ADHD pada 17 tahun.
Tren ini juga berlaku untuk penderita intellectual disability dan gangguan perkembangan lainnya pada anak laki-laki.
Gangguan makan pada anak perempuan (1,8 persen) juga lebih tinggi daripada anak laki-laki (0,28 persen).
Profesor Soren Dalsgaard, psikolog anak dari Aarhus University, Denmark menyatakan penelitian itu adalah pertam kali dilakukan di dunia.
"Temuan ini menunjukkan perkiraan yang tepat dari tingkat dan risiko semua gangguan mental selama masa kanak-kanak dan remaja. Sangat penting untuk perencanaan masa depan layanan, perawatan dan penelitian," kata Profesor Dalsgaard.
Di bulan Oktober lalu, laporan pemerintah Inggris mengungkap bahwa hampir satu dari lima pemuda mengatakan mereka tidak bahagia dengan kehidupan mereka.
Sebuah studi yang dilakukan oleh NHS pada bulan Juli lalu juga menemukan bahwa rujukan anak ke klinik kesehatan mental di Inggris naik hampir 50 persen selama tiga tahun.
Para ahli kesehatan mental dan guru menggambarkan situasi ini sebagai krisis serius.
"Pengetahuan tentang epidemiologi gangguan mental pada anak-anak dan remaja sangat penting untuk penelitian dan perencanaan layanan kesehatan," kata Profesor Dalsgaard.
(*)