Dibakar Hidup-hidup Oleh Temannya, Akhirnya Pelaku Dapat Hukuman Setimpal

Minggu, 27 Oktober 2019 | 10:10
Kolase Thedailystar.net / benarnews.com

Nusrat Rafi menjadi korban kekerasan seksual dan tewas dibakar karena melaporkannya

Laporan Wartawan GridHype.ID, Ruhil I. Yumna

GridHype.ID - Pengadilan atas kasus pelecehan seksual masih menjadi permasalahan yang sering dianggap angin lalu di kawasan negera Asia.

Di kawasan Asia Selatan misalnya, kasus pelecehan seksual masih menjadi 'monster' yang menghantui wanita.

Para wanita di sana kerap mendapati ketidakadilan dalam kasus pelecehan seksual.

Baca Juga: Anang dan Ashanty Kerap Pamer Kemesraan Depan Umum, Aurel Hermansyah: Apa Sih Jijik Deh!

Pasalnya, di kawasan ini pelecehan seksual hanya dianggap sebagai hal yang biasa terjadi.

Dilansir dari Intisari ada beberapa kasus dimana korban justru dijauhi setelah mengaku kalau dia adalah korban pelecehan seksual.

Tak sedikit juga yang berakhir pada kematian saat hendak mengadukan pengalaman buruk yang ia alami.

Hal yang sempat menggemparkan adalah kasus seorang gadis di Bangladesh yang tewas setelah dibakar hidup-hidup gara-gara melaporkan pelecehan seksual.

Gadis malang itu adalah Nusrat Jahan Rafi.

Sebagai informasi, ia melawan pelecehan seksual yang dilakukan oleh kepala sekolahnya sendiri.

Demi mencari keadilan, hidupnya harus berakhir dengan dibakar hidup-hidup.

Baca Juga: 5 Dampak Buruk Keseringan Rebahan, Bisa Picu Stres Hingga Obesitas

Pada Kamis (24/10/2019) lalu, pemakamannya dihadiri oleh ribuan orang yang mengantar kepergiannya.

Para pelaku yang pembunuhan mendapat hukuman yang setimpal.

Kasus ini seolah menjadi 'wake up calling' bagi penegak hukum dan pemerintah Bangladesh.

Disentuh secara tak pantas

Pada 6 April 2019, sebuh kejadian nahas menggemparkan Bangladesh.

Tangkap Layar BBC

Kasus pembunuhan Nusrat Jahan Rafi.

Bagaimana tidak seorang gadis SMA disiram bensin kemudian dibakar hidup-hidup oleh teman-teman sekolahnya sendiri.

Akibat luka bakar yang ia derita, gadis malang itu segera dilarikan ke rumah sakit.

Sayang, luka bakar yang dialami terlanjur parah, nyawanya pun tak dapat diselamatkan.

Baca Juga: Kunjungan Wisata Berujung Tragedi! 5 Siswa SMP Tewas Tenggelam di Kawasan Baduy Usai Nekat Mandi di Sungai

Tak disangka pembakaran itu dialami oleh Nusrat Jahan Rafi (19), setelah ia mengadu soal pelecehan seksual yang terjadi padanya.

Dilansir dari Intisari yang mengutip BBC pelecehan dilakukan oleh kepalas sekolah pada Kamis (18/4/2019).

Kasus seperti ini bukan pertama kalinya terjadi di negara itu, tak ada yang berani mengungkap sebab para perempuan yang menjadi korban memilih tutup mulut.

Hal yang berbeda dilakukan oleh Nusrat.

Ditemani oleh keluarganya, ia meminta keadilan dengan melaporkan apa yang ia alami ke pihak kepolisian.

Sayang, usahanya ini tak ditanggapi serius oleh pihak kepolisian itu.

Dengan sembrono para penegak hukum ini justru merekam Nusrat yang bercerita soal pengalaman traumatisnya.

Baca Juga: Minum Air Es Bisa Sebabkan Pembuluh Darah Pecah! Apalagi Saat Cuaca Panas

Dikutip dari BBC, dalam video itu, Nusrat tampak tertekan dan berusaha menyembunyikan wajahnya dengan tangannya.

Polisi terdengar mengatakan "bukan masalah besar" dan menyuruhnya untuk tidak menutupi wajahnya.

Video itu kemudian bocor ke media lokal.

Usai menerima laporan itu, polisi menangkap kepala sekolah itu pada 27 Maret 2019.

Tangkap Layar BBC

Ribuan orang menghadiri pemakaman Nusrat.

Akan tetapi itu menjadi sebuah awal dari kemalanganya yang lain.

Sekelompok orang berkumpul di jalan menuntut pembebasan sang kepala sekolah.

Diduga aksi protes itu direncanakan oleh dua murid laki-laki dan politisi lokal.

Baca Juga: Hak Istimewa Luhut Binsar Pandjaitan Bakal Bikin Susi Pudjiastuti Kalah Jika Tetap Jadi Menteri

Orang-orang mulai menyalahkan Nusrat dan itu membuat keluarga gadis malang itu khawatir tentang keselamatannya.

Pada 6 April 2019, 11 hari setelah dugaan kekerasan seksual, Nusrat pergi ke sekolahnya untuk mengikuti ujian akhirnya.

"Saya mencoba membawa saudara saya ke sekolah dan saya mencoba memasuki tempat itu, tapi saya dihentikan dan tidak diizinkan masuk," kata Mahmudul Hasan Noman, sudara laki-laki Nusrat.

"Jika aku tidak dihentikan, hal seperti ini tidak akan terjadi pada saudara perempuanku," katanya

Dikutip dari BBC seorang murid perempuan membawa Nusrat ke atap sekolah.

Di atap itu sudah ada 4-5 orang yang menantinya.

Sekelompok orang itu meminta Nusrat untuk menarik kembali laporan yang ia buat terhadap kepala sekolah.

Baca Juga: Punya Jabatan Tinggi, Siapa Sangka Jusuf Kalla Punya Kebiasaan Bawa Rantang Nasi

Ketika Nusrat menolak, mereka membakarnya.

Kepala Biro Investigasi Polisi Banaj Kumar Majumder mengatakan para pembunuh itu ingin "membuatnya terlihat seperti bunuh diri".

Rencana mereka gagal ketika Nusrat diselamatkan setelah mereka melarikan diri dari tempat kejadian.

Tetapi ketika Nusrat dibawa ke rumah sakit setempat, dokter menemukan luka bakar yang menutupi 80% tubuhnya.

SHAHADAT HOSSAIN / BBC
SHAHADAT HOSSAIN / BBC

Saudara laki-laki Nusrat berduka saat pemakaman Nusrat Jahan Rafi.

Karena tak bisa diobati disana, Nursat di bawa ke Rumah Sakit Seoklah Kedokteran Dhaka.

Di ambulans, Nusrat yang takut tidak akan selamat merekam suaranya tentang pernyataan di ponsel saudara laki-lakinya.

"Guru itu menyentuhku, aku akan memerangi kejahatan ini sampai napas terakhirku," demikian yang Nusrat katakan.

Baca Juga: Baru Dilantik, Mbak You Sebut Ada Pejabat yang Tersandung Kasus Narkoba

Gadis itu juga mengidentifikasi beberapa penyerangnya adalah murid sekolahnya.

Balasan setimpal

Kasus Nusrat menjadi sorotan berbagai media di negara itu.

Banyak pihak menuntut agar para pelaku mendapat hukuman yang setimpal.

Pengunjuk rasa turun ke jalan dan meminta "hukuman berefek jera" dalam tuntutannya.

Pembunuhan itu memberikan tekanan bagi pemerintahan Perdana Menteri Sheikh Hasina, di mana dia memerintahkan 27.000 sekolah membentuk komite mencegah kekerasan seksual.

Kasus Nusrat mengantarkan 16 pelaku dengan hukuman berat.

Mereka dihukum mati oleh pengadilan Bangladesh karena terbukti secara hukum berencana menghabisi nyawa Nusrat.

Kepala sekolah yang melakukan pelecehanpun dijatuhi hukuman mati.

Terdapat pula dua guru dan dua teman sekelas Nusrat, yang terlibat dalam pembunuhan dengan cara menjaga agar dia tak kabur.

(*)

Tag

Editor : Nailul Iffah

Sumber Intisari, Kompas