Orang-orang tersebut mungkin lebih rentan terhadap efek natrium dan peningkatan asupan natrium dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Mereka yang berkulit hitam berusia di atas 40 tahun atau yang memiliki riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi adalah yang paling mungkin terkena dampak buruknya.
Mengutip Parkway East, mengkonsumsi tinggi garam telah dikaitkan dengan peningkatkan risiko penykit kanker perut, penyakit jantung dan stroke.
Hal inilah yang harus diwaspadai untuk tidak sering mengonsumsi mi instan terlalu sering.
Lebih lanjut, mengutip dari Sonora.ID, dalam program KamuSehat di Radio Sonora FM, Dokter Santi di Medical Centre Kompas Gramedia menegaskan bahwa masyarakat Indonesia harus berhenti membuat ‘makan mie instan’ menjadi sebuah kebiasaan.
Pihaknya mengimbau agar makanan ini hanya dijadikan sebagai makanan darurat ketika tidak ada pilihan makanan lainnya.
“Makan mie instan itu jangan dijadikan kebiasaan, jadi itu dijadikan sebagai makanan darurat jika tidak punya cukup waktu untuk masak, atau dijadikan makanan rekreasi, atau comfort food, jangan dijadikan sebagai satu-satunya pilihan makanan utama,” tegasnya memaparkan.
Seperti disebutkan oleh Dokter Santi, mie instan masih tetap boleh dikonsumsi dengan kadar yang tidak berlebihan.
Berapa kali seminggu?
Pertanyaan satu ini kerap muncul untuk mengetahui batasan yang direkomendasikan oleh dokter untuk tetap bisa mengonsumsi mie instan dalam kadar ‘normal’.
“Kadar lemaknya tinggi, kadar natrium alias garamnya tinggi, sehingga tidak membuat mie instan ini sebagai makanan pokok yang sering dikonsumsi, tapi sesekali saja enggak apa-apa.