Nah, pada saat itulah segalanya tampak aneh, Karl menjual suspender kulit, ikat pinggang, tali sepatu, serta setoples daging acar tanpa tulang di toko kecilnya.
Bersama dengan sukarelawan gerejanya, dia secara teratur melakukan aksi sosial merawat gelandangan dan memberikan mereka tempat tinggal serta makanan.
Sayangnya kebaikanya itu hanyalah sebuah kedok untuk melancarkan aksinya.
Dikatakan bahwa sebanyak 40 tunawisma dan imigran tidak pernah keluar dari rumahnya hidup-hidup.
Saat inflasi menyerang pasca Perang Dunia I, Denke menjual rumahnya dan tinggal di tokonya mulai tahun 1921.
Dia masih menerima migran dan tunawisma dan selama itu pula dia terus melakukan pembunuhan tanpa pernah diketahui orang-orang.
Korban yang dibunuh di rumahnya, kemudian diolah seolah-olah mereka adalah daging sapi, dan kemudian dijual di toko kecilnya.
Dia juga menjual sabuk kulit, tali sepatu kulit, dan suspender yang berasal dari kulit manusia.
Namun dia mengaku semuanya berasal dari kulit sapi.
Juga dia menjual setoples acar daging manusia tanpa tulang, yang diklaimnya berasal dari daging babi.