GridHype.ID - Atlet yang membanggakan dan mengharumkan nama Indonesia, Apriyani Rahayu memang tengah menjadi sorotan.
Berpasangan dengan Greysia Polii, Apriyani mencatatkan diri sebagai peraih medali emas di ajang Olimpiade Tokyo 2020 lalu.
Publik terbius dengan kiprah ganda bulu tangkis di ajang Olimpiade yang membuahkan hasil memuaskan, yakni medali emas.
Bahkan, seperti yang diwartakan Kompas.com, Apriyani mendapat sambutan luar biasa ketika pulang ke kampung halamannya.
Pebulu tangkis Indonesia yang meraih medali emas pada Olimpiade Tokyo 2020, Apriyani Rahayu, pulang kampung ke Sulawesi Tenggara (Sultra).
Ia tiba di Bandara Haluoleo Kendari pukul 10.30 Wita, Jumat (27/08/2021).
Selama berada di Sultra, Apriyani akan mengikuti beragam agenda.
Ayah Apriyani, Ameruddin Pora, mengatakan bahwa putrinya berada di Kendari hingga Minggu (29/8/2021).
Ameruddin menjelaskan, keluarganya akan mengadakan syukuran atas pencapaian prestasi Apriyani.
Siapa sangka perjuangan Apriyani menjadi seorang atlet bukanlah hal yang mudah.
Namun, sebelum Apriyani berhasil menaklukan diri sebagai pemenang, ia diketahui memiliki jalan yang cukup terjal.
Untuk menduduki puncak kariernya ini, Apriyani Rahayu mengaku sempat mengecap pahit getir hidup di masa-masa kecilnya dulu.
Dikutip Grid.ID dari YouTube ALELDUL TV, Minggu (5/9/2021), Apriyani baru-baru ini membeberkan bagaimana kisahnya from zero to hero.
Kenang perjalanan pahit saat jualan sayur, Apriyani juga membeberkan kisahnya yang harus hidup sangat sederhana.
"Iya, jualan sayur keliling ke tetangga-tetangga gitu. Tapi almarhumah Mama yang buatin sayur itu," aku Apriyani.
"Maksudnya yang metik-metikin sayur terus ngiket, hasilnya buat jajan sekolah," tegasnya.
Demi mendapatkan uang saku, Apriyani tak gengsi menjualkan hasil kebun ibunya.
Alih-alih mengeluh, ia justru bersemangat lantaran bisa mendapat uang jajan dari hasil tersebut.
"Mau gak ada jajan sekolah ini, tapi dijualin. Ya udah, mau gimana, masa kita gak jajan juga?" ujarnya.
Sekalipun upah yang didapatkan Apriyani bisa dibilang sangat minim, Apriyani mengaku bersyukur.
Karena itulah uang jajan yang bisa digunakan untuk bekal di sekolah.
"Jualan-jualan sayuran, dulu itu kadang-kadang cuma seribu, lima ratus," jelas Apriyani.
"Itu uang jajannya setiap hari tuh?" sahut Maia Estianty penasaran.
"Iya (hasil atau keuntungan), pokoknya sayur apa pun dijualin deh," pungkas Apriyani.
Ya, untuk mendapatkan uang saku, Apriyani ternyata harus berjuang keras terlebih dahulu.
Tak heran bila kini ia mendapatkan banyak apresiasi dan hadiah atas kerja kerasnya.
(*)