Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Pecinta Kucing Wjaib Tahu! 5 Fakta Soal Ekor Kucing, Salah Satunya Jadi Alat Bantu Komunikasi

Ruhil Yumna - Senin, 19 Juli 2021 | 16:45
Kucing belang tiga hampir selalu betina.
Curiosity.com via Intisari Online

Kucing belang tiga hampir selalu betina.

GridHype.ID - Pecinta kucing tentu kerap kali mendapati berbagai gerakan ekor kucing kesayangan mereka.

Siapa sangka gerakan ekor kucing ini memiliki makna tersendiri loh.

Salah satunya adalah gerakan ekor penyambutan saat kamu baru pulang ke rumah.

Nggak hanya itu, ekor kucing juga mengungkapkan apapun yang mereka rasakan dan ingin kamu memahaminya.

Seekor ekor kucing memiliki 19 hingga 23 ruas tulang belakang, sekitar 10 persen dari total jumlah tulang di tubuhnya.

Sekelompok besar otot, ligamen, dan tendon menyatukan ekor dan memberikan mobilitas yang luar biasa.

Panjang rata-rata ekor kucing untuk jantan adalah 27 cm dan untuk betina adalah 25 cm.

Biar paham, yuk simak lima fakta tentang ekor kucing yang wajib kalian tahu, dirangkum dari Catster.

Baca Juga: Seolah Tak Lagi Kuat Hadapi Tingkah Aurel Hermansyah yang Semakin Menjadi-jadi, Atta Halilintar Ngadu ke Mertua, Ashanty Pada Sang Putri Sambung: Gila Kamu Ya!

1. Ekor kucing adalah alat penyeimbang

Ekor kucing berfungsi sebagai penyeimbang saat kucing berjalan di sepanjang permukaan sempit seperti puncak pagar atau sandaran kursi.

Ekor juga membantu kucing yang berlari untuk tetap berdiri saat ia berbelok tajam untuk mengejar mangsa atau mainan favoritnya.

2. Alat bantu komunikasi

Kucing berkomunikasi sebagian besar melalui bahasa tubuh, dan ekor kucing adalah salah satu bagian terpenting dari peralatan komunikasi kucing.

Dengan memahami “tail talk”, kalian dapat memahami perasaan kucing kalian hanya dengan melihat gerakan ekornya.

Kucing yang bahagia, misalnya, berjalan dengan ekornya terangkat tinggi, dan kucing yang sangat bahagia akan menambahkan getaran di ujung ekornya untuk menunjukkan kegembiraannya.

Sedangkan kucing yang agak kesal akan menggerakkan ujung ekornya, tetapi jika dia mencambuk ekornya ke depan dan ke belakang, sebaiknya kamu menjauh, karena cakarnya akan segera keluar.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Gambar Pertama yang Dilihat akan Ungkap Bagaimana Kamu Melihat Dunia, Apakah Kamu Seorang yang Bertekad Kuat atau Tidak?

Kucing yang berkonsentrasi pada mangsanya akan membuat ekornya terangkat rendah ke tanah, meskipun mungkin ada sedikit kedutan di akhir saat ia mencoba mengendalikan kegembiraannya.

3. Cedera ekor kucing bisa bikin kerusakan permanen

Meskipun sumsum tulang belakang nggak memanjang sampai ke ekor kucing, cedera masih dapat menyebabkan kerusakan saraf yang serius.

Ketika sumsum tulang belakang berakhir, saraf yang membantu mengontrol dan memberikan sensasi pada ekor, kaki belakang, kandung kemih, usus besar, dan anus harus memanjang ke luar tanpa perlindungan tulang tulang belakang.

Menarik ekor kucing dapat meregangkan atau bahkan merobek saraf ini dan menyebabkan ketidakmampuan sementara (atau permanen) untuk berjalan, ketidakmampuan untuk menahan ekor tetap tegak, inkontinensia, atau nyeri kronis.

4. Kucing bisa hidup tanpa ekor

Meski seekor kucing yang ekornya diamputasi karena cedera, mereka akan beradaptasi dengan hal tersebut.

Bahkan hingga saat ini belum ada penelitian yang menyebut kucing yang terlahir tanpa ekor—kucing Mank misalnya, mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan “kekurangan” yang ia miliki.

Baca Juga: Dianggap sebagai Penyebar Covid-19, Kim Jong Un Basmi Burung Merpati dan Kucing

5. Nggak semua kucing berekor punya gen berekor yang sama

Gen yang menghasilkan wujud ekor Manx yang unik adalah dominan, yang dihasilkan bahkan dengan hanya satu salinan gen.

Sementara menjadi homozigot untuk (memiliki dua salinan) gen tak berekor adalah semiletal, dan anak kucing dengan dua gen tak berekor biasanya akan digugurkan secara otomatis.

Itu artinya, kucing Manx tak berekor dibiakkan dari satu induk tak berekor dan satu orangtua berekor.

Meski begitu, hanya memiliki satu salinan gen juga dapat menyebabkan kondisi yang disebut sindrom Manx, yang meliputi spina bifida, vertebra yang menyatu, dan masalah usus atau kandung kemih.

Di sisi lain, gen yang menyebabkan ekor keriting seperti Japanese Bobtail adalah resesif,

dan kucing perlu memiliki dua salinan gen itu agar sifat itu untuk mengekspresikan dirinya sendiri dan nggak memiliki potensi masalah kesehatan yang sama sebagai gen Manx.

Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu, Sifat Seseorang Ternyata Bisa Dilihat Berdasarkan Hewan Peliharannya loh, Jadi Kamu Lebih Suka Anjing atau Kucing?

(*)

Source : HAI Online

Editor : Hype

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x