Follow Us

Tak Hanya Tanjakan Emen, ini 7 Tanjakan di Indonesia yang Juga Mengerikan dan Banyak Menelan Korban Jiwa

None - Kamis, 23 Januari 2020 | 17:05
Tak Hanya Tanjakan Emen, ini 7 Tanjakan di Indonesia yang Juga Mengerikan dan Banyak Menelan Korban Jiwa
Kompas.com

Tak Hanya Tanjakan Emen, ini 7 Tanjakan di Indonesia yang Juga Mengerikan dan Banyak Menelan Korban Jiwa

Gridhype.id - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai, kecelakaan yang terjadi di Tanjakan Emen, Subang, disebabkan dua faktor.

Pertama, kendaraan yang tidak laik jalan, kedua, kesalahan pengemudi.

Untuk faktor pertama, Ketua YLKI Tulus Abadi menilai, bus yang tidak laik jalan sering mondar-mandir di jalan raya akibat uji kir yang dilakukan pemerintah sekadar formalitas.

Baca Juga: Coba Makan 1 Siung Bawang Putih Mentah Setiap Pagi Saat Perut Kosong, dan Rasakan Manfaatnya yang Luar Biasa ini, Penderita Diabetes Sangat Dianjurkan

"Selama ini praktir uji kir lebih banyak formalitasnya," kata dia saat dilansir dari Kompas.com, Kamis (23/1/2020).

Tulus menduga ada permainan oknum dengan pemilik PO Bus dalam uji kir yang menyebabkan bus tak laik jalan bisa melenggang di jalanan.

"Ada dugaan permainan patgulipat antara pemilik PO Bus, pengemudi, dengan oknum petugas Dinas Perhubungan," ucap Tulus.

Arwah Sopir Oplet Gentayangan di Tanjakan Emen, Tanjakan Maut yang Kembali Merenggut Nyawa, Kali Ini 8 Nyawa Kader Posyandu Melayang
Dok Humas Polda Jabar

Arwah Sopir Oplet Gentayangan di Tanjakan Emen, Tanjakan Maut yang Kembali Merenggut Nyawa, Kali Ini 8 Nyawa Kader Posyandu Melayang

Jika praktik uji kir tak bebas dari permainan orang dalam, menurut Tulus, maka sebaiknya uji kir dilakukan pihak swasta secara profesional.

Baca Juga: Selama 12 Tahun Selalu Mendengar Suara Aneh dari Loteng Rumahnya Setiap Malam, Wanita ini Terkejut Ternyata Hal Mengerikan ini Bersembunyi di Dalamnya

"Pembiaran uji kir semacam itu hanya akan menjadikan 'arisan nyawa' bagi penumpang angkutan bus baik umum maupun pariwisata," kata dia.

Kemudian terkait dengan faktor manusia, menurut Tulus, harus ada sistem yang memaksa agar sopir bisa beristirahat setelah 3-4 jam mengemudi.

Source : Kompas.com

Editor : Ngesti Sekar Dewi

Baca Lainnya

Latest