Gridhype.id-Sejumlah makanan tradisional memang memiliki kisah tersendiri dibalik pembuatannya.
Bahkan, sejumlah makanan tradisional di Indonesia justruberkaitan erat dengan perjuangan masa lampau.
Bagaimana bisa?
Kebutuhan akan makanan tentu tidak bisa diabaikan meskipun dalam situasi perang. Hal tersebut juga berlaku saat para pejuang sedang berjuang meraih kemerdekaan.
Pada masa penjajahan, beras sangat mahal dan langka sehingga untuk memenuhi kebutuhan makanan saat berperang, pejuang mengganti beras dengan sumber karbohidrat lainnya.
Selain mengganti beras dengan bahan makanan lainnya, kebanyakan makanan yang dibawa pejuang di medan perang juga praktis dibawa.
Apa saja makanan yang jadi andalan pejuang meredakan rasa lapar saat sedang berperang merebut kemerdekaan?
Berikut ini rangkumannya dari Instagram Kemendikbud Ristek.
Tiwul
Karena beras sulit ditemukan, pejuang pada masa itu mengganti beras dengan nasi dari singkong.
Nasi ini dikenal dengan nama tiwul dan banyak ditemukan di pesisir pulau Jawa.
Leughok
Pejuang di wilayah Aceh biasanya membawa leughok sebagai bekal saat berjuang di medan perang.
Makanan ini cukup mengenyangkan dan praktis dibawa karena terbuat dari pisang dan tepung sagu.
Nasi Jagung
Sama seperti tiwul, nasi jagung juga populer dikonsumsi sebagai pengganti beras.
Nasi jagung populer di kalangan masyarakat dan pejuang di wilayah Pulau jawa khususnya Jawa Tengah.
Ketan Jompo Jember
Jenis makanan ini terdiri atas ketan yang ditaburi parutan kelama dan umumnya disajikan untuk kalangan bangsawan.
Namun saat pada masa perjuangan, ketan jompo jember juga banyak dibawa sebagai bekal para pejuang.
Pisang Rebus
Banyak pejuang membawa bekal berupa pisang rebus selain singkong saat sedang berjuang.
Rasa pisang yang manis dan nikmat membuat perut lebih kenyang dalam waktu yang lama.
Artikel ini telah tayang dikontan.iddengan judulMakanan Ini Sering Dibawa Pejuang Kemerdekaan saat Berperang, Ada Tiwul hingga Ketan
Baca Juga: Tips Kesehatan Atasi Lonjakan Gula Darah, Hindari Jenis Sayuran Ini Agar Diabetes Tak Semakin Parah
(*)