GridHype.ID - Makula merupakan bagian organ mata di belakang retina, berperan dalam penglihatan sentral, penglihatan warna, serta penglihatan detail.
Penyakit makula (gangguan yang melibatkan area makula) berpotensi menimbulkan penurunan tajam penglihatan, dan menyebabkan penderitanya kesulitan melihat objek secara detail.
Hal tersebut termasuk ketidakmampuan mengenali wajah seseorang atau tulisan.
Bahkan, kerusakan pada makula bisa menyebabkan terjadinya kebutaan.
Kurangnya informasi serta sumber daya pemeriksaan yang tidak mencukupi membuat penyakit yang melibatkan makula ini sebagai ancaman terhadap penglihatan masyarakat.
Degenerasi makula (age-related macular degeneration/AMD), contohnya, menjadi salah satu penyebab utama gangguan penglihatan secara global.
Jumlah penderitanya mencapai 8 juta orang sedunia, terbesar ketiga setelah katarak (94 juta) dan kelainan refraksi yang tak tertangani (88,4 juta).
Meski belum ada data pendukung secara nasional, kejadian gangguan pada makula di tengah masyarakat perlu menjadi kekhawatiran bersama.
Selama tiga tahun terakhir (2019-2021), jumlah pasien yang terdiagnosis berbagai penyakit makula terus mengalami peningkatan.
Selama 2020, jumlah pasien dengan penyakit makula bertambah 12,6 persen dibandingkan 2019, sedangkan pada 2021 meningkat 102,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Khusus selama 2022, hingga Mei lalu, jumlah pasien yang terdiagnosis penyakit makula sudah mencapai lebih dari 10.000 orang.
Dari 14 jenis penyakit makula, AMD menjadi penyakit makula dengan jumlah pasien terbanyak di salah satu klinik mata, yaitu JEC dengan 28 persen dari total pasien sepanjang Januari-Mei 2022.
Baca Juga: Aneka Tips Kesehatan, Kenali Penyakit Mata Bawaan pada Anak Sebelum Terlambat
“Banyak sekali kasus kelainan pada makula yang kurang terdiagnosis. Minimnya fasilitas dan pemeriksaan penunjang menjadi kendala mendasar. Sebab, untuk mendiagnosis kelainan pada makula tidak hanya membutuhkan pemeriksaan klinis, tetapi juga pemeriksaan berbasis teknologi canggih. Dengan mengetahui adanya potensi kelainan pada makula sedini mungkin, maka risiko terjadinya penurunan tajam penglihatan - yang bisa memburuk menjadi kebutaan permanen, dapat dihindari,” papar dr. Soefiandi Soedarman, SpM(K), Direktur Medik JEC @ Menteng.
Hadir perdana di RS Mata JEC @ Menteng, JEC Macula Center menawarkan keahlian diagnostik serta penanganan makula secara mumpuni dan komprehensif.
Dari sisi sumber daya manusia, JEC Macula Center diperkuat 10 dokter spesialis retina, 4 di antaranya telah bergelar doktor.
Sementara, dari segi teknologi, layanan terbaru menghadirkan Comprehensive Diagnostic Center dengan 15 kategori pemeriksaan diagnostik berteknologi mutakhir; 5 di antaranya khusus untuk pemeriksaan bagian belakang bola mata (posterior).
“Meski tidak langsung menyebabkan kebutaan total, penyakit makula bisa mengakibatkan penderitanya kesulitan menjalani aktivitas keseharian, seperti membaca - bahkan mengenali wajah orang lain. Tanpa diagnosis, penanganan dan perawatan dan tindakan yang tepat, kondisi penglihatan berpeluang memburuk.
Karenanya, dalam mengonfirmasi sebuah diagnosis penyakit makula, perlu alat diagnostik khusus. Hadirnya JEC Macula Center merupakan langkah solutif dari JEC guna menyediakan hasil diagnosis yang lebih akurat sehingga dokter mata ahli bisa memutuskan penanganan dan tindakan yang tepat sesuai penyakit makula pasien,” lanjut dr. Soefiandi Soedarman, SpM(K).
Perlu diketahui, selain 1) AMD, beberapa penyakit makula lainnya meliputi: 2) sumbatan pembuluh darah retina, 3) bengkak makula pada penderita diabetes, 4) ablasio retina, 5) peradangan mata, 6) lubang di makula, dan lain-lain.
“Penuaan adalah bagian yang tak terhindarkan dari siklus kehidupan. Mau tidak mau proses penuaan akan memengaruhi fungsionalitas tubuh, termasuk mata - sehingga mengakibatkan penyakit makula.
Namun, di samping penuaan, beberapa faktor risiko juga turut memperbesar peluang seseorang menderita gangguan pada makula - yaitu: menyandang minus tinggi, kebiasaan merokok, menderita hipertensi, stres fisik/psikis secara terus menerus, menggunakan obat-obat tertentu (seperti steroid, chloroquin, dll), mengalami cedera mata, menyandang penyakit infeksi (seperti TB dan toksoplasma), terkena paparan sinar matahari berlebih,” jelas dr. Ferdiriva Hamzah, SpM(K), Dokter Subspesialis Vitreo-retina JEC Eye Hospitals & Clinics.
“Padahal sebagian besar faktor risiko tersebut dapat dicegah atau dikontrol. Artinya ‘pemeriksaan rutin’ menjadi kunci untuk menghindari risiko berbagai penyakit mata, termasuk kelainan makula. Apabila kondisi penyakit makula terdiagnosis lebih awal, sangat mungkin perkembangannya diperlambat sebelum memburuk dan menyebabkan kebutaan permanen,” tegas dr. Ferdiriva Hamzah, SpM(K).