Unik! Acara Kebaya Goes to UNESCO di Badung Hadirkan Para Perempuan Berkebaya Rafting

Jumat, 28 Oktober 2022 | 14:45
instagram.com/leurakebaya

Model kebaya kutubaru dengan furing untuk pengguna hijab.

GridHype.ID - Acara bernuansa budaya diselenggarakan oleh koalisi tradisikebaya.id.

Koalisi tradisikebaya.id baru-baru ini menggelar acara Kebaya Goes to UNESCO.

Dalam gelaran tersebut ada hal yang cukup unik.

Panitia menghadirkan kegiatan rafting mengenakan kebaya.

Kegiatan ini untuk membuktikan kebaya dapat digunakan di berbagai kegiatan.

Sebanyak 60 anak mengikuti kegiatan rafting ini yang berasal dari SMPN 4 Abiansemal.

Nyoman Buda, selaku salah satu penyelenggara acara Kebaya Goes to Unesco dan Kepala Desa Bongkasa Pertiwi mengatakan, alasannya memilih agenda rafting dengan menggunakan kebaya.

“Kalau rafting berkebaya ini sebenarnya kita melirik dari judul kita yakni ‘Kebaya Goes to Unesco’. Yang artinya segala kegiatan ini ditampilkan mulai dari seluruh kegiatan dilakukan dengan berkebaya. Hingga nanti akan ada parade kebaya yang diikuti oleh seribu orang,” katanya, Kamis 27 Oktober 2022.

Dengan dipilihnya Desa Bongkasa Pertiwi untuk kegiatan Kebaya Goes to Unesco, Buda mengatakan, artinya Desa Bongkasa Pertiwi mulai diakui keberadaannya.

Baca Juga: Kumpulan Doa Harian, Inilah Doa agar Terhindar dari Rasa Sedih dan Malas

Terlebih Desa Bongkasa Pertiwi ini juga merupakan Desa Wisata.

Untuk lebih memperkenalkan Desa Bongkasa Pertiwi ini, ia menjelaskan akan melalui kebudayaan berkebaya.

“Apalagi Lenggang Desa Pertiwi ini dan Kebaya Goes to Unesco ini sangat menarik karena kunjungan wisatawan saat ini baru 40 persen dari masa pemulihan pandemi dan diharapkan dengan adanya kegiatan ini bisa di atas 70 persen,” imbuhnya.

Untuk kedepannya pihaknya akan tetap berkolaborasi dengan pihak ketiga agar Desa Bongkasa Pertiwi mendapatkan pengakuan terkait kelebihan-kelebihan yang dimiliki desa.

Nantinya diharapkan juga dapat menjadi Desa yang kreatif dan berbudaya.

Nantinya selain kebaya, pihaknya juga akan menonjolkan naskah kuno atau di Bali disebut dengan lontar.

Naskah kuno juga diikutsertakan agar tak diklaim oleh orang lain serta anak-anak muda dapat lebih mengenal lontar ini dimana lontar ini juga merupakan warisan budaya leluhur Bali.

Kebaya merupakan warisan turun temurun yang sudah digunakan wanita Indonesia pada zaman penjajahan. Kebaya kebanyakan digunakan oleh masyarakat, khususnya yang berada di Jawa dan Bali.

Untuk membuat kebaya diakui di kancah dunia, sejumlah komunitas yang tergabung dalam Tradisikebaya.id melakukan gerakan Lenggang Bali Pertiwi yang dilangsungkan di Yellow Garden Adventures, di Desa Bongkasa Pertiwi, Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung.

Gelaran ini dilangsungkan, Kamis 27 Oktober 2022 dan Jumat 28 Oktober 2022.

Baca Juga: Pasca Rizky Billar dan Lesti Kejora Damai Meski Terima Hujatan, Nasib Karyawan Leslar Entertainment Kompak Pamit Bak Bubarkan Diri

Agar Kebaya Diakui UNESCO dan Tidak Diklaim Bangsa Asing

Kebaya merupakan warisan turun temurun yang sudah digunakan wanita Indonesia pada zaman penjajahan.

Kebaya kebanyakan digunakan oleh masyarakat khususnya yang berada di Jawa dan Bali.

Untuk membuat kebaya diakui di kancah dunia, sejumlah komunitas yang tergabung dalam Tradisikebaya.id melakukan gerakan Lenggang Bali Pertiwi yang dilangsungkan di Yellow Garden Adventures, di desa Bongkasa Pertiwi, Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung.

Gelaran ini dilangsungkan selama dua hari Kamis dan Jumat, 27-28 Oktober 2022.

Ketika ditemui, Ketua Asosiasi Komunitas Musisi Indie Kreatif (ASKOMIK), Gatut Suryo mengatakan gelaran ini melibatkan banyak komunitas yang mendukung mengkampayekan kebaya diakui sebagai warisan tak benda milik Indonesia.

"Acara seperti ini sesungguhnya sudah masif dilakukan oleh banyak komunitas di Indonesia, kita berharap supaya pemerintah mempermudah jalan menjadikan kebaya ini sebagai warisan tak benda seperti Reyog juga batik," jelasnya pada, Kamis 27 Oktober 2022.

Harapannya, kebaya yang menjadi identitas asli masyarakat di Indonesia tidak diklaim oleh pihak-pihak lain.

Dan ia sedang berusaha agar kebaya ini benar-benar diakui oleh mata UNESCO dan tentu tidak di klaim oleh pihak asing.

Baca Juga: Begadang Tiap Malam Selama 10 Hari Berturut-turut dan Tidur Jam 12 Malam, Pria ini Harus Dilarikan ke RS Alami Hal ini

Bagi seorang perempuan, berkebaya tidak saja untuk mengartikulasikan dirinya melalui pakaian, tetapi juga memiliki makna yang lebih luas mulai dari wujud identitas hingga kecintaan pada budaya bangsa.

Dulu bahkan sampai sekarang, perempuan selalu mengenakan kebaya dalam setiap aktivitasnya, ke kebun, sawah, pasar segala kegiatan adat hingga perkawinan, kebaya menjadi busana utama.

Gatot menambahkan, dalam rangkaian acara Lenggang Bali Pertiwi dilangsungkan berbagai kegiatan seperti Berkebun, arung jeram Farm-cleaning activities dan Cooking class, Lenggang Berkendara, Vehicle parade, ATV, VW, Seni dan Budaya dan Food Bazar, dan Parade 1000 Kebaya yang diikuti oleh masyarakat.

Baca Juga: Aneka Tips Harian, Mulai Sekarang Jangan Lagi Simpan Sayuran dan Buah Gunakan Plastik, Bahaya Mengerikan ini Mengancam Tubuh

(*)

Editor : Ruhil Yumna

Sumber : Tribun Bali

Baca Lainnya