Gridhype.id-Tragedi kecelakaan tentunya menjadi hal yang menuai kesedihan dan rasa pilu yang mendalam.
Di Indonesia, ada banyak tragedi kecelakaan yang menyebabkan hilangnya nyawa banyak orang.
Salah satu tragedi kecelakaan yang masih teringat hingga saat ini adalah tragedi Paiton.
Tragedi ini terjadi pada 8 oktober 2003lalu di sebuah lokasi di Jawa Timur.
Hampir 20 tahun lamanya, ternyata tragedi kecelakaan ini masih menyisakan duka di benak keluarga.
Tragedi Paiton melibatkan sebuah bus yang mengangkut 54 siswa dan guru dari SMK Yapemda Sleman.
Bus tersebut mengalami kecelakaan di Situbondo, Jawa Timur dan menyebabkan banyak korban jiwa.
Bahkan, dilansir dari Tribunjogja.com, kecelakaan maut tersebut menewaskan seluruh penumpang kecuali kernet dan sopir.
Berawal dari perjalanan wisata yang dilakukan oleh pihak sekolah ke Pulau Bali, siapa sangka mereka justru pulang dengan keadaan tak bernyawa.
Bus tersebut terbakar setelah truk kontainer memotong jalur dari arah berlawanan dan menabraknya.
Naasnya, bus tersebut lantas di hantam truk tronton dari arah belakang.
Tangki truk tronton tersebut pecah sehingga menyebabkan kebakaran yang merembet ke badan bus.
Kebakaran yang begitu cepat terjadi diketahui berasal dari bahan-bahan yang mudah terbakar di dalam bus.
Saat proses evakuasi dilakukan, sebagian besar korban tewas berada di bagian belakang bus dekat pintu.
Mereka diduga berusaha untuk keluar dari bus tersebut meskipun akhirnya terjebak di dalamnya.
Sementara itu, sopir yang selamat berhasil melompat dari bus.
Adapun kernet dari bus tersebut berhasil memecahkan kaca bagian depan untuk menyelamatkan diri.
Kejadian memilukan yang menewaskan banyak korban jiwa ini menuai kisah tersendiri di benak masyarakat.
Bahkan, salah satu warung yang beroperasi di dekat lokasi tersebut akhirnya memilih untuk tutup.
Bagaimana tidak, pemilik warung merasa ngeri lantaran lokasi tersebut merupakan jalan yang cukup tinggi serta dikelilingi oleh bukit dan tanaman liar di kanan kirinya.
Banyaknya korban yang meninggal dunia menyebabkan pihak RSUD Situbondo untuk mengawetkan jenazah menggunakan balok es.
Bahkan, para jenazah hanya ditempatkan di lorong lantaran ruang kamar mayat yang tidak mampu menampungnya.
Kebakaran hebat yang menyebabkan kematian tersebut berimbas pada sulitnya identifikasi jenazah.
(*)