GridHype.ID - Imbas konten podcast-nya, nama Deddy Corbuzier kembali jadi perbincangan hangat publik.
Bahkan, beberapa waktu lalu warga Twitter ramai membuat cuitan dengan tanda pagar UnsubscribePodcastCorbuzier.
Tagar UnsubscribePodcastCorbuzier ini sontak masuk jajaran trending topic Twitter Indonesia pada hari Senin (9/5/2022).
Lantas, kenapa tagar ini bisa trending di Twitter?
Usut punya usut, semua itu terjadi setelah Deddy Corbuzier mengundang Ragil Mahardika di podcast miliknya.
Mengutip Tribun Lombok, rupanya banyak warganet yang menyayangkan tindakan Deddy Corbuzier tersebut.
Pasalnya, Ragil Mahardika merupakan penyuka pasangan sesama jenis.
Beberapa netizen menilai Deddy Corbuzier justru mempopulerkan budaya yang bertentangan dengan nilai agama tersebut.
Saat diundang sebagai bintang tamu, Ragil Mahardika tidak datang sendirian.
Ia ditemani oleh pasangan sesama jenisnya, Frederik Vollert.
Saat diundang podcast oleh Deddy Corbuzier, Ragil Mahardika dan pasangannya banyak membahas terkait kehidupan rumah tangga sesama jenis.
Tak hanya membahas hal itu, Deddy Corbuzier juga sempat memberi pertanyaan yang menggelitik dan unik pada pasangan Ragil dan Frederik.
Deddy penasaran soal orientasi seksualnya berubah jadi homoseksual seperti pria asal Medan itu.
“Selama ini sejauh yang aku tahu, aku lurus saja, jadi masih suka sama cewek, pertanyaannya adalah bisa enggak lu jadiin gue gay?” tanya Deddy.
Sementara Ragil yang sudah faham mengenai orientasi seksual berbeda mengakui jika Deddy bisa menjadi gay untuk sesaat.
“Kalau untuk sesaat mungkin bisa ya, gue bisa buat mas Deddy berfantasi menjadi seorang gay, tapi sesaat,” ujarnya.
Mendengar hal itu Deddy spontan panik karenapria yang kini telah menetap di Jerman itu bisa membuat ia berfantasi menjadi gay.
“Oh, tunggu dulu,” ujar Deddy dalam kanal YouTubenya, Minggu (8/5/2022).
“Kalau hanya untuk kepuasan, mungkin Mas kepingin untuk mencoba sesuatu yang baru, aku fikir akub bisa bikin Mas berfantasi ke arah situ ya urusan ranjang gay,” ujarRagil.
Namun di akhir perbincangan Deddy memberikan pendapatnya mengenai keberadaan gay dan kaum pelangi di lingkungan sosial.
“Gue enggak dukung LGBT, tapi gua suka nonton sudut pandang mereka, bagaimana pun kita sekarang harus sadar jika sekarang di lingkungan sosial kita mereka ada,” ujarnya.
Homoseksual menurut psikologi
Selama ini ada salah kaprah di masyarakat yang menganggap bahwa homoseksual termasuk kelainan.
Melansir Kompas.com, berbagai otoritas kesehatan menegaskan salah satu orientasi seksual ini bukanlah kelainan atau gangguan jiwa.
Sejak 1973 silam, asosiasi psikiater yang tergabung dalam American Psychiatric Association (APA) sudah menghapus diagnosis homoseksualitas sebagai gangguan jiwa dari acuan diagnosis ahli kesehatan jiwa atau Diagnostic and Statistical Manual (DSM) edisi II.
Di Indonesia, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) juga tidak menganggap orientasi seksual termasuk homoseksual ke dalam kelainan atau gangguan jiwa.
Dokter spesialis kedokteran jiwa dr. Dharmawan A. Purnama, Sp.KJ menjelaskan, alasan ilmiah kenapa para ahli sepakat mencoret homoseksual sebagai kelainan atau gangguan jiwa.
Menurut Dharmawan, syarat suatu fenomena dianggap sebagai kelainan atau gangguan jiwa ditandai dengan adanya penderitaan (distress) dan ketidakmampuan (disability).
“Orientasi seksual termasuk homoseksual bukan gangguan kepribadian atau mental. Gangguan psikologis dan perilaku itu syaratnya mesti ada distress dan disability,” kata dia, saat diwawancarai Kompas.com, Senin (6/9/2021).
Lebih lanjut Dharmawan menjelaskan, latar seseorang menjadi homoseksual dapat dipengaruhi perkembangan bagian otak dan kondisi hormon saat janin masih dalam kandungan.
“Penyebabnya bisa berasal dari perkembangan di hipotalamus. Jadi, di hipotalamus itu ada bagian yang mengatur seksual, termasuk orientasi seksual,” jelas dia.
“Ada yang namanya fase kritis di tiga bulan pertama pertumbuhan janin. Kalau ada sesuatu pada hormon testosteron, pembentukan seksual dapat terpengaruh, sehingga pembentukan pusat seksual akan berbeda dengan umumnya,” ujarnya.
Meski demikian, homoseksual bisa jadi gangguan kesehatan mental apabila seseorang merasa tidak nyaman dengan orientasi seksualnya.
Dalam dunia kesehatan mental, kondisi ini dikenal sebagai homoseksual egodistonik yang kerap menyebabkan kegelisahan, stres, sampai gangguan kecemasan.
Kelainan homoseksual egodistonik dapat disembuhkan melalui terapi oleh ahli kesehatan jiwa, salah satunyamenggunakan pendekatan logoterapi atau terapi mencari makna hidup.
“Kalau sama pasien saya, saya suka lakukan logoterapi, terapi mencari makna hidup,” ungkap Dharmawan.
(*)