Belum Berani Pulang ke Indonesia Sampai Betah Menetap di Negeri Jiran, Ayah Atta Halilintar Diam-diam Sempat Tergabung Organisasi yang Sempat Dilarang Pemerintah Malaysia

Senin, 09 Mei 2022 | 09:00
Instagram @genhalilintar

Aurel bersama orang tua Atta, Lenggogeni Faruk dan Halilintar Anofial Asmid

GridHype.ID - Masih menyisakan tanda btanya besar alasan ayahanda Atta Halilintar tidak segera balik ke Indonesia.

Terlebih di momen lebaran kemarin, harusnya menjadi ajang berkumpulnya keluarga besar.

Apalagi keluarga Gen Halilintar tidak hadir di dalam momen penting anak pertama mereka, Atta Halilintar.

keluarga Atta Halilintar tidak datang di momen pernikahan sang YouTuber dan Aurel Hermansyah beberapa waktu lalu.

Tak hanya itu, di momen lahiran cucu pertama, nampak Anofial Asmid dan Linggogeni Faruk tak juga pulang ke Indonesia.

Namun sebelumnya, mengutip dari Sosok.ID, Atta Halilintar maupun Aurel Hermansyah bisa sedikit lega saat berlibur ke Turki dan bisa berkumpul dengan Gen Halilintar.

Hingga kini masih menjadi misteri alasan keluarga Gen Halilintar tidak pulang ke Indonesia dan memilih menetap di negeri jiran Malaysia.

Banyak yang bertanya, mengapa ayah Gen Halilintar itu tak kembali ke tanah air.

Dikutip dari Gridhits, beberapa mengatakan Anofial Asmid dan Lenggogeni Faruk masih tinggal di Malaysia.

Beberapa bahkan mengatakan, orangtua Atta Halilintar, sekaligus besan Krisdayanti, itu sudah pindah ke Mesir.

Baca Juga: 'Tebal Banget Mukanya' Netizen Bingung Tak Kepalang Ketika Chandrika Chika Sambangi Rumah Atta Halilintar Padahal Panen Kontroversi, Ekspresi Aurel Hermansyah Jadi Sorotan

Tak ada penjelasan pasti, dimana keberadaan ayah Gen Halilintar itu.

Sebelumnya Gen Halilintar diketahui sempat menetap di Malaysia.

Beberapa saat yang lalu di media sosial Twitter, ramai soal latar belakang aktivitas orangtua Atta Halilintar, Anofial Asmid dan Lenggogeni Faruk.

Kabar di Twitter itu menyebut bahwa Anofial Asmid pernah terlibat organisasi terlarang.

Dalam buku Pengembaraan Sang Duta: Halilintar Muhammad Jundullah disebut, ketika masih kuliah di Teknik Elektro Universitas Indonesia, Anofial Asmid sudah mulai berbisnis.

Ketika itu bisnis orangtua Atta Halilintar masih kecil saja, tapi lama-kelamaan sukses melebarkan sayap ke berbagai negara bersama istrinya.

Masih dalam buku itu, Eep Saefullah Fatah, konsultan politik dan sahabat Anofial Asmid, dalam pengantarnya, menceritakan seperti apa sosok Anofial Asmid.

“Tahun 1995, ia (Anofial Asmid) adalah seorang yang door to door menjajakan karpet, dibantu istri dan seorang temannya yang mantan pengecer koran. Ketika Oktober 2002, saya bertemu kembali dengannya, ia adalah pemimpin sebuah jaringan usaha berskala global,” tulis Eep di buku tersebut.

Berubahnya pola pikir dan cara berpakaian Anofial terjadi setelah ia berguru pada Syeikh Ashaari Muhammad At Tamimi atau yang dikenal dengan Abuya Ashaari di Malaysia.

Sejak itu juga Anofial mendapat nama baru menjadi Halilintar Muhammad Jundullah.

“Perubahannya yang penting bagi saya bukanlah perubahan gaya berpakaiannya (memakai gamis, membelitkan sorban di lingkar kepala), melainkan caranya bertutur dan topik-topik yang ia pilih dalam pembicaraan,” tutur Eep.

Baca Juga: Siapkan Tanah Seluas 20 HaBangun Pesantren Demi Kenang Calon Buah Hati yang Telah Pergi, Atta Halilintar Justru Terima Peringatan Keras dari Sosok ini

Syekh Ashaari atau Abuya adalah pendiri dan pemimpin Darul Arqam, sebuah organisasi keagamaan Islam yang berbasis di Malaysia.

Anofial Asmid pun sempat menjadi salah satu pengikut organisasi tersebut.

Buku Pengembaraan Sang Duta: Halilintar Muhammad Jundullah

Ayah Atta Halilintar dikabarkan pernah bergabung dengan organisasi terlarang Darul Arqam. Ini foto buktinya.

Pengakuannya sebagai tokoh Darul Arqam juga tercantum dalam buku "Jejak Hizbut Tahrir Indonesia" karya Pusat Data dan Analisa TEMPO.

Ia bergabung dengan organisasi tersebut pada tahun 1989 dan menjabat sebagai pimpinan Darul Arqam untuk kawasan Jakarta dan Bogor.

Hal itu membuat organisasi tersebut sempat marak juga di Indonesia.

Berpusat di Malaysia, sejak 1968, Abuya Ashaari menjaring lebih dari 100 ribu orang untuk bergabung dan tersebar di ASEAN, termasuk Indonesia.

Gerakannya berfokus pada banyak sektor, khususnya ekonomi.

Intinya, Darul Arqam menganjurkan jemaahnya untuk berbisnis sesuai syariat demi mensucikan diri kepada Tuhan dengan menyumbangkan harta.

Namun besarnya modal dan banyaknya keanggotaan Darul Arqam membuat pemerintah Malaysia menaruh curiga pada gerakan ini, baik secara akidah maupun kendaraan politik dan kekuasaan.

Mengutip tulisan Abdul Rahman Haji Abdullah dalam "Pemikiran Islam di Malaysia: sejarah dan aliran", sumber pokok penggerak Darul Arqam adalah semangat jihad atau pengorbanan jiwa dan harta di kalangan anggota atau pengikutnya.

Baca Juga: Sahabat Baik Atta Halilintar Telan Pil Pahit Bisnis 'PS Glow' Dituding Jiplak Brand Skincare Milik Juragan 99 Hingga Singgung Ujian

Mereka yang memiliki penghasilan tetap harus bersedia dipotong gajinya hingga 10 persen setiap bulan, bahkan terkadang bisa lebih.

Tujuan ajarannya adalah, melalui proses pendidikan hati atau jiwa sufi, lahir sifat-sifat dermawan di kalangan mereka, sehingga orang-orang kaya menjadi 'bank' bagi yang memerlukan.

Dalam perjalanannya, ajaran Darul Arqam dianggap menyimpang lantaran Abuya Ashaari mengakui dirinya merupakan Bani Tamim atau pendamping Imam Mahdi.

Beberapa sumber menyebutkan Abuya mengaku pernah berdialog langsung dengan Nabi Muhammad SAW.

Ia meyakini gurunya, Syeikh Syuhaimi adalah Imam Mahdi, dan Ashaari adalah penerus Syuhaimi.

Darul Arqam juga dituding sempat menyiapkan dan melatih 300 pasukan berani mati di Thailand.

Atas dasar inilah, organisasi Darul Arqam resmi dilarang oleh Malaysia pada 1994, selain bertentangan dengan akidah ahli sunnah wal jamaah.

Abuya Ashaari sempat ditahan setahun, lalu berganti status menjadi tahanan rumah, pindah ke Pulau Labuan hingga akhirnya bebas murni pada 2004.

Tahun 2002, Anofial Asmid kemudian mengemban jabatan tinggi sebagai Komisaris Utama PT Cahaya Timur (perusahaan bidang rekaman kaset dan perdagangan), Komisaris Utama PT Qatrunada (travel), Chairman Hawariyun Group of Companies, dan Direktur International Rufaqa Corporation yang berpusat di Malaysia.

Dua perusahaan terakhir yang disebut merupakan 'wajah baru' Darul Arqam.

Berbeda dengan Darul Arqam yang berkonsep organisasi keagamaan serta memiliki jemaah, Hawariyun dan Rufaqa adalah perusahaan yang memang fokus pada ranah bisnis dan dakwah.

Sehingga, pegawai diklaim mendapat timbal-balik berupa upah.

"Dan jangan khawatir, Darul Arqam tak akan berdiri lagi," tuturnya.

Anofial merambah bisnis di bidang lain seperti sekolah, klinik bersalin, toko obat, puluhan outlet, studio rekaman, super market, ekspor-impor, restoran, peternakan, konsultan SDM, event organizer, kafe, desain & kontraktor, bisnis entertsainment, salon, industri rekaman, travel dan berbagai bisnis skala global.

Baca Juga: Bertahun-tahun Betah Hidup di Luar Negeri, Ayah Atta Halilintar Masih Ogah Pulang ke Tanah Air, Anofial Asmid Sampai Disentil Saudara Sendiri

(*)

Tag

Editor : Nabila Nurul Chasanati

Sumber GridHits.ID, sosok.grid.id