Tradisi Puasa dan Lebaran: Sambut Bulan Suci Ramadan Masyarakat Jawa Adakan Tradisi Megengan

Jumat, 04 Maret 2022 | 20:45
kompas.com

Tradisi Megengan

GridHype.ID - Biasanya tradisi megengan bertujuan untuk menyambut Ramadan Ini dilakukan di daerah Aceh, Melayu dan Jawa.

Semarak penyambutan Ramadan ini jadi ajang berkumpul bersama keluarga, makan bersama, hingga membaca zikir dan tahlil untuk arwah keluarga yang telah wafat.

Tak hanya itu, masyarakat juga melakukan ziarah kubur dan menggelar sedekah massal di masjid atau musala.

Ada juga masyarakat yang melakukan kunjungan silaturahmi.

Semuanya itu dilakukan dalam rangka menyambut bulan suci ramadhan dengan bergembira.

Menyambut bulan suci ramadhan dengan kegembiraan merupakan hal yang baik dalam agama.

Dilansir dari nu.or.id, dalam riwayat Imam Ahmad dan An-Nasa’i mengabarkan kepada kita bahwa Rasulullah SAW juga mengekspresikan kegembiraannya kepada para sahabat perihal kedatangan bulan suci ramadhan.

Hal itu sebagaimana termaktub dalam hadits berikut ini:

Baca Juga: Tradisi Puasa dan Lebaran: Menengok Tradisi Petang Megang di Pekanbaru Jelang Ramadan yang Harus Disesuaikan dengan Kondisi Pandemi

“Rasulullah SAW memberikan kabar gembira kepada para sahabat atas kedatangan bulan Ramadhan, sebagaimana riwayat Imam Ahmad dan An-Nasai dari Abu Hurairah RA. Ia menceritakan bahwa Rasulullah memberikan kabar gembira atas kedatangan bulan Ramadhan dengan sabdanya: Bulan Ramadhan telah mendatangi kalian, sebuah bulan penuh berkah di mana kalian diwajibkan berpuasa di dalamnya, sebuah bulan di mana pintu langit dibuka, pintu neraka Jahim ditutup, setan-setan diikat, dan sebuah bulan di mana di dalamnya terdapat malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang luput dari kebaikannya, maka ia telah luput dari kebaikan yang banyak,” (Lihat Az-Zarqani, Syarah Az-Zarqani alal Mawahibil Ladunniyah bil Minahil Muhammadiyyah, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 1996 M/1417 H], juz XI, halaman 222).

Hadits tersebut kemudian menjadi dasar beberapa ulama untuk memperbolehkan masyarakat menyambut bulan ramadhan dengan kegembiraan.

Hadits tersebut membuktikan bahwa setiap orang boleh bergembira atas kedatangan bulan ramadhan.

Sebagian ulama berpendapat, hadits ini menjadi dasar atas praktik penyambutan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain atas kedatangan bulan Ramadhan.

Referensi itu dapat dilihat pada Az-Zarqani, Syarah Az-Zarqani `ala al Mawahibil Ladunniyah bil Minahil Muhammadiyyah (Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 1996 M/1417 H], juz XI, halaman 223).

Baca Juga: Tradisi Puasa dan Lebaran: Intip Asal-usul Tradisi Ngabuburit yang Jadi Agenda Wajib di Bulan Ramadan

(*)

Tag

Editor : Ruhil Yumna

Sumber Kompas TV