GridHype.id- Erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Sabtu (4/12/2021) menyisakan kisah pilu di benak masyarakat Indonesia.
Bencana alam yang mengerikan tersebut menjadi momen menyedihkan yang tidak akan dilupakan.
Di balik dahsyatnya awan panas yang dikeluarkan gunung setinggi 3.676 meter tersebut, ada seorang anak yang rela menemani ibunya meski harus bertaruh nyawa.
Dia adalah Rumini (28), yang ditemukan tewas bersama sang ibunda, Salamah (70).
Keduanya tewas berpelukan di antara reruntuhan bangunan rumah di Desa Kobokan, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Jawa Timur.
Bukan tak ingin menyelamatkan diri, Rumini dengan sengaja membersamai ibunya yang tak sanggup berjalan.
Ketika semua orang sibuk menyelamatkan diri dari Awan Panas Guguran (APG), Rumini tak sama dengan mereka.
Dirinya berteguh hati menjaga sang ibunda yang tak bisa melangkahkan kaki.
Cerita tersebut disampaikan oleh seorang warga yang tak lain adalah adik ipar Salamah.
Dia adalah Legiman, yang menemukan dua jenazah tersebut tewas dengan sangat mesra.
“Tadi pagi saya cari adik ipar sama ponakan. Pas bongkar rontokan tembok dapur terus tangannya (Rumini dan Salamah) kelihatan," ujar dia, seperti dilansir Kompas.com.
Setelah ditemukan, kedua jasad tersebut kemudian dievakuasi dan dimakamkan.
Berdasarkan data 6 Desember 2021, erupsi Gunung Semeru telah menewaskan 15 orang dan 27 lainnya hilang.
Bukan hanya Legiman, warga lain yang dikenal dengan nama Mustaqim (35) juga menceritakan betapa mencekam kejadian yang terjadi beberapa hari lalu.
Awan panas yang mulai bergulung-gulung dari arah gunung Semeru membuat warga sekitar mendadak panik.
Kejadian tersebut terjadi sekira pukul 15.00 WIB.
Menyadari bahwa guguran tersebut mengarah ke perkampungannya di Desa Supit Urang, dirinya seketika lari menyelamatkan diri tanpa berpikir hal lain.
“Kalau tidak lari, bisa mati,” ungkapnya.
Baginya, hal terpenting adalah menyelamatkan nyawa.
“Makanya lari, yang penting orangnya selamat,” ujarya.
Meskipun dirinya berhasil selamat dari bencana tersebut, kerugian materi tetap dialami.
Mustqin harus rela kehilangan dua ekor ternaknya.
Warga yang rumahnya rusak akibat bencara tersebut kini mengungsi di tempat yang aman seperti gedung sekolah, balai desa, hingga masjid.
(*)