GridHype.ID - Kanker hati merupakan salah satu penyakit yang bisa merenggut nyawa bila terlambat dideteksi.
Orang-orang yang berisiko terkena kanker hari antara lain, mereka yang menderita hepatitis dan memiliki kelainan fungsi hati.
Sehingga setidaknya untuk memeriksakan diri minimal 6 bulan sekali untuk mengontrol perkembangan pasien.
Menurut data Global Cancer Conservatory (Globocan) 2018, saat ini ada 18,1 juta penderita kanker di Indonesia dengan 9,6 juta kematian.
Data Globocan 2020 menunjukkan bahwa kanker hati termasuk lima besar jenis kanker terbanyak yang dialami orang Indonesia, baik lelaki maupun perempuan.
Kanker hati lebih banyak dialami laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan sekitar tiga banding satu.
Tak heran jika kanker hati merupakan salah satu kanker yang paling mematikan di dunia.
Padahal, kemungkinan sembuh lebih besar jika kanker hati terdeteksi dan ditangani di stadium awal.
Kebanyakan penderita kanker hati tidak menyadari bahwa mereka mengidap kanker ini.
Dijelaskan oleh Irsan, organ hati memiliki keunikan di mana di tengahnya tidak terdapat saraf.
Sehingga tidak ada rangsangan rasa nyeri.
Saraf-saraf hanya ada di bagian permukaan luarnya yang disebut kapsul.
"Selama kapsulnya tidak terganggu, maka tidak akan terjadi keluhan apa-apa. Justru, jika terasa nyeri, malah mengkhawatirkan, berarti tumornya tidak kecil," ujarnya dalam acara diskusi virtual“Era Baru untuk Pasien kanker hati,Peran Deteksi Dini dan Terapi Inovatif Imunoterapi untuk Kesintasan Hidup Pasien," (28/9/2021).
Salah satu pasien kanker hati, Evy Rachmad juga pada awalnya tidak menyadari ada kanker dalam livernya.
Evy Rachmad mengungkapkan, di tahun 2018 secara tidak sengaja ia melakukan pemeriksaan laboratorium karena ingin melakukan vaksin hepatitis.
Tak disangka, hasil pemeriksaan menyebut kadarSerum Glutamic Oxaloacetic Transaminase(SGOT) danSerum Glutamic Pyruvic Transaminase(SGPT) tinggi. Ia pun tidak bisa divaksin dan dirujuk untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis.
"Dari pemeriksaan tersebut, saya divonis positif hepatitis C dan kanker hati tipe 2B," ujarnya.
Padahal, ketika itu ia merasa sangat sehat.
"Sebetulnya pada saat itu saya tidak merasakan gejala apa-apa atau merasa sakit, bahkan saya pun masih bisa olahraga dan jalan-jalan ke luar kota maupun luar negeri," paparnya.
Kasus seperti Evy banyak ditemui, karenanya sangat disarankan agar kita secara rutin melakukan screening secara berkala untuk memastikan bahwa organ dalam kita dalam keadaan baik.
Pengobatan dan penanganan kanker hati
Irsan menjelaskan bahwa pengobatan kanker hati dulunya menerapkan terapi sistemik, yaitu dengan cara kemoterapi.
Saat ini berkembang perawatan kanker yang lebih efektif, yaitu terapi target dengan hasil lebih baik dan memberi harapan hidup lebih besar.
Terapi target ini berbeda dengan kemoterapi yang bekerja menghambat pembelahan sel sehingga sel-sel yang membelah berdampak, sementara terapi target bekerja hanya pada sel yang jadi target.
Pengobatan terobosan terbaru yang telah disetujui olehBadan Pengawas Obat dan Makanan Amerika pada Mei 2020 adalah kombinasi atezolizumab danbevacizumab.
"Kita sekarang juga memasukkan obat atezolizumabdan bevacizumab ke lini pertama terapi karsinoma sel hati atau kanker hati primer di Indonesia," kata Irsan.
Sementara itu, Evy menjalankan pengobatan dan terapi di Guangzhou, China dan dilanjutkan di Indonesia denganRadiofrequency Ablation(RFA),Trans Arterial Chemoembolisation(TACE), serta konsumsi obat oral berupa suplemen untuk liver.
Saat ini ia tetap sehat dan menjalankan aktivitas sehar-harinya seperti biasa.