Berat Badan Tak Jadi Pemicu Kanker Payudara, Justru Hal Ini yang Bisa Bawa Malapetaka Bagi Tubuh

Senin, 16 Agustus 2021 | 19:15
Freepik

Ilustrasi kanker payudara

GridHype.id- Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang mematikan.

Angka kematian akibat penyakit mengerikan ini menduduki peringkat kedua di Indonesia setelah kanker serviks.

Ada banyak hal yang menjadi faktor penyebab meningkatnya risiko terkena kanker payudara, salah satunya adalah berat badan.

Banyak yang menghubungkan antara berat badan seseorang dengan risiko kanker payudara.

Meski tidak sepenuhnya salah, ada baiknya mengenal lebih jauh mengenai kaitan keduanya.

Dikutip dari Medical News Today, yang menjadi faktor peningkatan risiko kanker payudara bukanlah berat badan, namun lemak dalam tubuh.

Selama ini, mengukur lemak dalam tubuh bisa dilakukan dengan indeks massa tubuh (BMI).

Meski demikian, sulit untuk menghitung banyak BMI seseorang yang diambil oleh lemak, otot, dan tulang.

Seorang penulis dari Fakultas Kedokteran Albert Einstein di New York City, Prof. Thomas Rohan menjelaskan hal tersebut.

“Tingkat lemak tubuh biasanya diukur melalui BMI, yang merupakan rasio berat badan terhadap tinggi badan,” ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa cara tersebut bukanlah cara yang tepat untuk membedakan massa lemak.

Baca Juga: Menilik Kemungkinan Bertahan Hidup pada Pasien Kanker Payudara Stadium 4, Begini Penjelasannya

“BMI mungkin merupakan metode yang nyaman untuk memperkirakan lemak tubuh, itu bukan cara yang tepat untuk menentukan kadar lemak seluruh tubuh, karena massa otot dan kepadatan tulang tidak dapat dibedakan dari massa lemak, ”tambahnya.

Saat melakukan penelitian,

Hal itu dapat terjadi jika dibandingkan dengan mereka yang memiliki BMI normal tetapi tingkat massa lemak seluruh tubuh rendah.

Selain itu, tim mencatat bahwa risiko terkena kanker payudara akan meningkat sebesar 35 persen untuk setiap pertumbuhan 5 kilogram lemak tubuh.

Hal ini juga dapat terjadi ketika BMI tetap dalam batas normal.

Tak hanya itu, para peneliti juga mengaitkannya dengan tingkat aktivitas tubuh.

Aktivitas fisik pada wanita menjadi penting bahkan bagi mereka yang tidak mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.

Para peneliti menekankan fakta bahwa temuan mereka mungkin mengejutkan praktisi kesehatan.

Namun demikian, mereka diharapkan akan memungkinkan penilaian risiko yang lebih baik di masa depan.

Nantinya, praktisi kesehatan bisa mengarah pada penggunaan strategi pencegahan yang lebih efektif.

Baca Juga: Memahami Kanker Payudara pada Ibu Hamil, Begini Pengaruhnya Bagi Janin dalam Kandungan

(*)

Editor : Ngesti Sekar Dewi

Sumber : medical news today

Baca Lainnya