Bongkar Organ Dalam Korban Virus Corona, Ilmuwan Kaget dan Syok Temukan Perubahan Mengerikan Pada 3 Bagian Vital Tubuh Manusia Ini

Jumat, 16 Juli 2021 | 08:35
kolase tribunstyle dan tribunnewsmaker

ilustrasi virus corona

GridPop.id -Virus Covid-19 alias Corona masih menjadi momok semua orang.

Sejumlah cara terus dilakukan untuk menekan penyebaran virus corona.

Sejumlah ahlidari berbagai negara sedang berusaha menemukan cara mengatasi virus ini.Tak sampai di situ, mereka juga berupaya mencari tahu bagaimana corona terbentuk.Ini dilakukan guna mengantisipasi wabah lain kedepannya karena setiap wabah pasti ada sebab muasalnya.

Peneliti China melakukan otopsi untuk mengetahui organ dalam tubuh korban yang meninggal akibat corona.Otopsi dilakukan para ahli dari Pusat Medis Kelima Rumah Sakit Umum, Tentara Pembebasan Rakyat di Beijing.

Menurut laporan yang diterbitkan jurnal medis Inggris, mereka peroleh sampel biopsi dan otopsi dari seorang pria berusia 50 tahun.

Baca Juga: Cuma Modal Bahan Sederhana Ini, Serangga hingga Binatang Pengerat Bisa Lenyap dari RumahHasilnya ilmuwan temukan situasi yang mirip dengan wabah SARS, penyakit yang pernah menyerang China Selatan tahun 2002-2003.Pada saat itu SARS menewaskan lebih dari 800 orang dan lebih dari dua lusin negara saat itu juga merasakan dampak dari wabah tersebut.

Sementara itu wabah MERS mewabah tahun 2012, pertama kali diidentifikasi di Arab Saudi menyebabkan 860 kematian secara global.

Pria yang diotopsi di Beijing itu memiliki gejala awal pada 14 Januari kemudian meninggal dua mingggu kemudian.Setelah itu dia mendonasikan tubuhnya untuk bahan penelitian jika dirinya meninggal, namun akhirnya dia benar-benar tewas.Kemudian setelah ilmuwan melakukan peneliti dengan otopsi temukan pada alveoli di kedua paru-parunya mengalami kerusakan.

Juga ditemukan cedera pada hatinya yang kemungkinan disebabkan oleh virus corona.

Ada kerusakan yang kurang substansial pada jaringan jantung, menunjukkan bahwa infeksi "mungkin tidak secara langsung merusak jantung."Peneliti mengatakan, bahwa pengobatan antiinflamasi yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak boleh secara rutin digunakan di luar uji klinis.

Baca Juga: Jalani 7 Tahun Biduk Rumah Tangga Harmonis dan Adem Ayem, Nagita Slavina Mendadak Berikan Pengakuan Mengejutkan, Sebut Manfaatkan Keadaan

Wa Fu-sheng dan Zhao Jingmin dua rekan penulis itu tidak mampu menghadapi kometar lebih lanjut.

Tapi mereka mencatat dalam penelitian ini bahwa tidak ada patologi yang ditemukan, sebelum kasus virus corona.

Wabah ini telah menyebabkan sekitar 74.000 orang terinfeksi dan lebih dari 2.000 orang meninggal, sementara yang disembuhkan sekitar 16.000 orang.

Lebih dari 25 negara telah melaporkan infeksi virus corona, dan memicu kekhawatiran bahwa wabah tersebut oleh WHO digolongkan sebagai darurat global.Sebuah studi terpisah yang diterbitkan dalamThe Lancetoleh para spesialis dariUniversity of Edinburghpada 7 Februari berpendapat bahwa, tentang penggunaan kortikosteroid.Suatu kelas hormon steroid banyak digunakan selama wabah SARS dan MERS dan telah dicoba pada pasien virus corona baru.

Studi pengamatan menyarankan penggunaannya untuk mengurangi peradangan dapat menyebabkan komplikasi termasuk diabetes, kematian jaringan tulang dan penundaan pengangkatan virus.Lima ilmuwan China yang dipimpin oleh Lianhan Shang dari Universitas Pengobatan China Beijing, menerbitkan tanggapan terhadap penelitian yang mendorong penggunaaan kortikosteroid dalam kasus tertentu.

Baca Juga: Raffi Ahmad Mulai Tumbuhkan Jenggotnya, Nagita Slavina Beri Reaksi Tak Terduga Soroti Wajah Sang SuamiTanggapan ini mengakui risiko penggunaan kortiskosteroid dosis tinggi pada pasien virus corona, termasuk potensi infeksi lainnya.Tapi mungkin dibenarkan untuk pasien yang sakit kritis dengan peradangan yang signifiasinnya terletak di paru-paru mereka.(*)

Editor : Gridaidi

Sumber : Grid.ID, GridPop.ID

Baca Lainnya