Bisa Selamatkan Nyawa Banyak Perempuan di Dunia, Perlunya Kerja Sama Antarnegara untuk Penanganan Kanker Payudara

Rabu, 07 Juli 2021 | 09:15
freepik

ilustrasi kanker payudara

GridHype.ID - Meski bukan lagi baru, namun hingga kini kanker payudara masih menjadi momok banyak orang.

Bahkan kanker payudara menjadi salah satu penyakit yang menjadi penyebab angka kematian perempuan tinggi.

Tak hanya di Indonesia, kanker payudara masih jadi persoalan kesehatan dunia.

Baca Juga: Cegah Kanker Payudara Sejak Dini, Kenali Tanda-tandanya dan Praktikkan di Rumah!

Di Indonesia, dari 260 juta penduduk Indonesia, ada sekitar 65.800 kasus kanker payudara.

Data Perhimpuan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI) menemukan, dari 10.000 kasus kanker payudara, sekitar 70 persen adalah stadium 3 dan 4 (lanjut).

Kasus kanker yang terus meningkat di negara berkembang, termasuk Indonesia, menandakan upaya penanggulangan yang dilakukan belum optimal.

Program yang komprehensif dan strategis dari semua pihak dibutuhkan untuk mendorong deteksi dini hingga tata laksana yang baik dan berkelanjutan.

Dengan demikian, kanker payudara bisa ditemukan sebelum stadium lanjut.

Kerja sama antarnegara, terutama di kawasan regional yang memiliki kemiripan demografi, bisa menjadi ajang berbagi pengalaman bagaimana meningkatkan kesadaran bahaya kanker payudara, hingga pengobatannya.

Baca Juga: Tahi Lalat di Payudara Bisa Jadi Pertanda Kanker ? Berikut Faktanya

Salah satu bentuk kerja sama antarnegara di bidang kanker payudara adalah forum The Southeast Asia Breast Cancer Symposium (SEABCS).

Tahun ini, SEABCS ke-5 akan diselenggarakan di Indonesia, di mana Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) ditunjuk sebagai penyelenggara.

Acara yang diadakan pada 31 Juli 2021 – 1 Agustus 2021 mengambil tema “Putting Patients to the Hearts of Cancers Control”, atau menempatkan pasien sebagai yang utama dalam penanganan kanker.

Linda Agum Gumelar, S.IP, Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI), mengungkapkan, masalah yang dihadapi hampir semua komunitas kanker payudara di negara ASEAN sebenarnya hampir sama.

“Misalnya pemahaman tentang penyakit kanker yang minim, kesadaran deteksi dini yang rendah, menunda terapi, akses ke fasilitas kesehatan yang terbatas, hingga kebijakan pemerintah yang masih harus terus ditingkatkan dalam penanganan pasien kanker,” ujar Linda.

Menurut Linda, meskipun persoalan yang dihadapi sama, terkadang penyelesaiannya berbeda.

Baca Juga: Cegah Kanker Payudara Sejak Dini, Kenali Tanda-tandanya dan Praktikkan di Rumah!

“Kita banyak belajar dari berbagai komunitas di negara lain.

Di Filipina misalnya, komunitas kanker payudara di sana berhasil memasukkan persetujuan dari parlemen bahwa pelayanan kanker payudara menjadi prioritas pemerintah,” lanjutnya.

Melalui SEABCS 2021, diharapkan simpul-simpul masalah penanganan kanker payudara di masiing-masing negara bisa terurai dengan berbagi pengalaman.

Ning Anhar sebagai Wakil Ketua Penyelenggara menjelaskan, melalui SEABCS ini, kerja sama dengan berbagai komunitas, para ahli, dan pengambil kebijakan diharapkan akan ditingkatkan.

“Harapannya melalui SEABCS akan lahir sebuah rekomendasi yang merupakan hasil pemikiran para ahli dan peserta,

yang kemudian bisa dibawa ke pembuat kebijakan masing-masing negara,” ujar Ning.

Baca Juga: Muncul Benjolan Asing di Payudara? Waspada Jadi Salah Satu Ciri Kanker Payudara

Ditambahkan oleh Ketua PERABOI, dr. Walta Gautama Sp.B(K) Onk, lewat forum ini, para stakeholder bisa belajar cara pengumpulan data dan pembuatan regulasi yang berpihak pada pasien.

“Di forum SEABCS kita ingin sharing bagaimana cara mereka mendapatkan data, mengatur regulasi supaya pasien yang ditemukan kanker tahap dini tidak butuh waktu lama untuk ditangani.

Apalagi soal teknik operasi kita tidak ketinggalan dengan negara lain,” katanya.

SEABCS pertama kali diadakan di Vietnam tahun 2016.

Yasayan Kanker Payudara Indonesia aktif menjadi peserta sejak SEABCS ke-2 tahun 2017, serta setelahnya selalu hadir dan berpartisipasi aktif setiap tahun.

(*)

Editor : Ruhil Yumna

Sumber : Kompas

Baca Lainnya