Wiku Adisasmito Sebut Pengendalian Covid-19 Tak Cukup Hanya Vaksinasi, Tapi Diimbangi dengan Protokol Kesehatan

Sabtu, 12 Desember 2020 | 14:30
covid19.go.id

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito

GridHype.ID - Hingga kini, angka infeksi kasus virus corona masih meningkat.

Kendati demikian, kabar baiknya vaksin Covid-19 sudah didatangkan ke Indonesia.

Hal ini tentu menumbuhkan harapan tersendiri untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona.

Baca Juga: Buka-bukaan Soal Hubungan Intim, Nikita Mirzani Tak Kuasa Tahan Tawanya Dengar Celetukan Artis TikTok yang Hilang Keperawanan di Bawah Pohon

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, pentingnya masyarakat mendapatkan vaksinasi dalam masa pandemi, bertujuan agar terciptanya herd immunity atau kekebalan kelompok.

Meskipun vaksinasi memberikan kekebalan secara individu, namun terciptanya herd immunity akan melindungi masyarakat yang tidak memperoleh vaksinasi karena alasan tertentu, terlindungi dari paparan penyakit.

Hal itu disampaikan Wiku Adisasmito saat memberi keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (10/12/2020).

Baca Juga: Jutaan Data Pribadi Dijual di Situs Gelap, Ternyata Harga Data Nomor Hp Nggak Lebih Mahal dari Secangkir Kopi

"Oleh karena itu, untuk mencapai kekebalan kelompok atau komunitas ini, prinsip gotong royong merupakan hal yang utama."

"Kekebalan komunitas dapat dicapai, apabila masyarakat yang sehat dan memenuhi kriteria melakukan vaksinasi."

"Sehingga dengan jumlah yang memadai, maka akan tercipta herd immunity, sekaligus melindungi kelompok-kelompok yang tidak divaksinasi," kataWiku Adisasmito.

Baca Juga: Ungkap Jika dalam Tubuhnya Lebih Banyak Hormon Laki-laki, Jadi Penyebab Tya Ariestya Sulit Hamil Secara Normal

Masyarakat juga perlu mengetahui beberapa kriteria ideal vaksin yang berkualitas.

Diantaranya efikasi dan efektivitas.

Kedua aspek ini memiliki peran untuk mengukur manfaat vaksin dalam mengendalikan Covid-19.

Wiku Adisasmito menjelaskan secara rinci, aspek pertama ialah efikasi ialah besarnya kemampuan vaksin mencegah penyakit dan menekan penularan pada individu di kondisi ideal dan terkontrol.

Baca Juga: Beberapa Selebriti Ikut Ramaikan Pertarungan Pemilihan Daerah, Berikut Rangkuman Hasil Real Count KPU 7 Artis di Pilkada 2020

"Hal ini dapat dilihat dari hasil uji klinis vaksin di laboratorium yang dilakukan kepada populasi dalam jumlah yang terbatas," ungkapnya.

Aspek kedua, adalah efektivitas yaitu kemampuan vaksin mencegah penyakit dan menekan penularan pada individu, pada lingkup masyarakat luas.

"Yaitu penilaian kemampuan vaksin melindungi masyarakat secara luas yang masyarakat tersebut adalah heterogen (beragam)," lanjut Wiku Adisasmito.

Baca Juga: Peringati Hari Ibu, NOVA Hadirkan Program 'Suara Perempuan', Wadah untuk Saling Menginsprirasi dan Menguatkan

Dalam hal efektivitas, terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi.

Faktor pertama ialah penerima vaksin seperti usia, komorbid (penyakit penyerta), riwayat infeksi sebelumnya, serta jangka waktu sejak vaksinasi dilakukan.

Faktor kedua, adalah karakteristik dari vaksin tersebut. Seperi jenis vaksin, active atau inactivated, komposisi vaksin dan cara penyuntikannya.

Baca Juga: Sehari Setelah Habib Rizieq Shihab Ditetapkan sebagai Tersangka, Suasana Markas FPI di Petamburan Tampak Lenggang dan Tak Ada Penjagaan

Dan faktor ketiga, adalah kecocokan strain pada vaksin, dengan strain pada virus yang beredar di masyarakat.

"Untuk mengetahui aspek efektivitas vaksin, maka perlu adanya data surveilans, untuk melihat perkembangan kasus serta memantau dampaknya.

Data imunisasi untuk melihat cakupan imunisasinya, dan data klinis individu pendukung untuk melihat aspek lain yang mempengaruhi kondisi kesehatan individu," jelas Wiku Adisasmito.

Baca Juga: Vicky Prasetyo dan Kalina Oktarani Ungkap Rencana Menikah Tahun Depan, Deddy Corbuzier: Mudah-mudahan Mereka Serius

Sedangkan terkait efisiensi vaksin, dapat dilihat dari nilai pembelanjaan vaksin.

Vaksin dapat mencegah pengeluaran biaya kesehatan yang lain untuk menangani orang yang sakit akibat penyakit tersebut.

Disamping vaksin, terdapat berbagai pertimbangan lain yang sedang dilakukan pemerintah untuk memastikan tujuan utama yaitu mengakhiri pandemi Covid-19.

Baca Juga: Presiden Jokowi Cetak Sejarah Baru, Bangun Dinasti Politik Usai Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution Menang Penghitungan Cepat Pilkada

Wiku Adisasmito menyebut ada beberapa faktor yang sama pentingnya dengan vaksin.

Ia mengilustrasikan menggunakan analogi Swiss Cheese Model.

Yaitu seperti lapisan-lapisan keju yang berlubang, yang mana antara satu lubang dan lainnya saling menutupi lubang pada lapisan keju yang ada didepan atau dibelakangnya.

Baca Juga: Begini Cara Cek Hasil Perhitungan Suara Sementara Pilkada 2020

"Perlu kita ingat, bahwa satu upaya pengendalian Covid-19 saja, tidak akan efektif jika tidak disertai upaya lainnya yang menutup kekurangan masing-masing dan saling melengkapi," jelasnya.

Misalkan, penerapan protokol kesehatan 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan atau upaya 3T yaitu testing (pemeriksaan), tracing (pelacakan) dan treatment (perawatan).

Jika hanya mengindahkan satu aspek saja, akan menghasilkan penanganan Covid-19 yang kurang efektif.

Baca Juga: Rizieq Shihab Jadi Tersangka Hingga Dicekal ke Luar Negeri, Polisi Segera Ambil Langkah Penangkapan dalam Waktu Dekat

"Oleh karena itu perlu adanya kerjasama masyarakat untuk bersungguh-sungguh mengendalikan Covid-19."

"Langkah vaksinasi tingkat nasional harus tetap diikuti kedisiplinan kita dalam menjalankan protokol kesehatan di setiap kegiatan. Ingat vaksinasi akan berjalan efektif apabila kita secara disiplin menjalankan protokol kesehatan," pesan Wiku Adisasmito.

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Satgas Covid-19 Sebut Protokol Kesehatan dan Vaksin Saling Melengkapi: Perlu Adanya Kerjasama

(*)

Editor : Nailul Iffah

Sumber : Tribun Jakarta

Baca Lainnya