Jawa Tengah Dapat Predikat Provinsi dengan Kasus Aktif Terbesar, Ganjar Pranowo Temukan Adanya Data yang Tak Sesuai: Perbedaannya Kok Banyak

Selasa, 01 Desember 2020 | 12:45
Regional.kompas.com

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo

GridHype.ID - Pandemi corona belum berakhir, angka kasus pasien yang terinfeksi virus Covid-19 terus meningkat.

Belakangan provinsi Jawa Tengah menjadi sorotan usai tercatat mengalami lonjakan kasus sejak November 2020 ini.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, pada tanggal 13 November 2020 ini saja ada 1.362 kasus yang dilaporkan.

Baca Juga: Gubernur Anies Baswedan Terkonfirmasi Positif Covid-19: Ini Menjadi Perhatian Kita Semua

Lalu, angka tersebut kembali bertambah tepatnya pada Minggu (29/11/2020) dengan adanya penambahan kasus sebanyak 2.036.

Dalam data yang dikeluarkan pada 24 November 2020, Jawa Tengah memiliki kasus aktif terbesar di Indoensia, sebanyak 10.464 kasus.

Mengenai data tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tak membantah akan adanya lonjakan kasus Covid-19 yang tinggi di daerahnya.

Terlebih usai libur panjang pada Oktober 2020 dimana makin banyak orang yang melakukan tes swap.

Kendatipun begitu, pernyataan berbeda justru diungkap oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo rupanya merasa angka kasus tak sebesar yang dilaporkan Kementerian Kesehatan.

Ya, Ganjar Pranowo menemui adanya perbedaan data antara Kementerian Kesehatan dengan data yang ia terima.

Semisal, saat Kementerian Kesehatan melaporkan kasus aktif di Jawa Tengah sebanyak 10.464, Ganjar justru mendapat data sebanyak 7.463 kasus.

Baca Juga: Ditanya Alasan Masih Bertahan Hingga Saat Ini, Novel Baswedan Blak-blakan Ungkap Rencananya Ingin Mundur dari KPK Gara-gara Hal Ini

Sama halnya dengan penambahan kasus harian, dialaporkan jika kasus melonjak hingga 2.036 namun ia mendapat data kasus bertambah sebanyak 844 kasus.

Sedangkan untuk predikat provinsi dengan kasus aktif tertinggi, Ganjar menyatakan bahwa itu lantaran keterlambatan input data.

Ia menduga keterlambatan itu karena pemprosesan data yang hanya dilakukan oleh satu sistem saja.

Berdasarkan oleh pemeriksaan yang ia lakukan data dari 1 November 2020 sampai 10 November 2020, Ganjar menyebut ada 809 data delay yang ditempelkan sebagai data tambahan.

Bahkan, Ganjar menemukan ada 18 nama yang tes sejak Juni baru dimasukkan dalam rilis tersebut.

Tak hanya itu, ada juga data baru yang belum dimasukkan sehingga terdapat perbedaan data mencapai 3.000-an kasus.

"Kemarin kita sempat berbeda 11, 35 begitu ya. Nah, kemarin ada perbedaan lagi kok banyak sekali, bayangkan kita masih ada perbedaan itu 3.000, kalau besok tiba-tiba dimasukkan 3.000 itu sudah pasti gede.

Baca Juga: Presiden Jokowi Bahas Kepastian Soal Vaksin Covid-19 dan Waktu Pelaksanaan di Rapat Terbatas Bersama Menteri

Sudah pasti meningkat gitu aja. Tapi ya sebenarnya enggak apa-apa jumlahnya," kata Ganjar saat ditemui di kantornya, Semarang, Selasa (24/11/2020).

Penjelasan Dinkes Jateng

Hal yang hampir sama juga jadi penyebab tingginya penambahan kasus di Jawa Tengah.

Kepala Dinkes Jawa Tengah Yulianto Prabowo mengungkap adanya data dobel yang terjadi di Kendal.

Yulianto menyebut ada satu nama pasien yang ditulis sampai lima kali.

Tak hanya data dobel, Yulianto juga menemukan banyak kasus lama yang dimasukkan dalam rilis Satgas Covid-19 pada 29 November 2020.

Dari data itu, ternyata banyak data yang sebenarnya sudah di-input pada Juni lalu.

Baca Juga: Kabur dari Rumah Gegara Masalah Cinta, Ini Kata-kata Terakhir Selebgram Bali yang Tewas Lompat dari Lantai 4

Bahkan ditemukan juga 75 orang dimana pada minggu sebelumnya sudah dirilis, kemudian dirilis lagi.

“Untuk temuan 519 yang data dobel itu, ada satu nama yang ditulis sampai empat hingga lima kali, sehingga total data yang dobel sebanyak 694 kasus. Itu hari itu saja, ya saat rilis Jateng tambah 2.036,” ujarnya.

Melihat perbedaan data yang dilaporkan dengan data yang ia terima, Yulianto telah mencoba koordinasi dengan Satgas Covid-19 Pusat.

“Kami meminta agar pusat mengambil saja data di website kami, corona.jatengprov.go.id karena itu sudah pasti benar. Ini saran yang kami sampaikan ke pusat, agar menjadi perhatian,” tegasnya.

(*)

Tag

Editor : Ruhil Yumna

Sumber Kompas