Jauh Sebelum Timor Leste Merdeka, Ketakutan Akan Hal Ini Jadi Alasan Soeharto Lancarkan Invasi

Selasa, 08 September 2020 | 06:00
net

Prediksi Soeharto

GridHype.ID - Timor Leste memutuskan untuk melepaskan diri dari Indonesia dan menjadi negara yang merdeka.

Seperti yang diketahui, sebelum menjadi bagian dari NKRI, Timor Leste punya sejarah panjang dijajah oleh bangsa Portugis.

Deklarasi Timor Leste sebagai Republik Demokratik Timor Leste yang dideklarasikan Fretlin hanya bertahan sementara.

Pasalnya, tak lama setelah deklarasi kemerdakaan itu, giliran Indonesia datang menginvansi Bumi Lorosae.

Baca Juga: Bikin Gemas, Tingkah Tak Biasa Kiano Tiger Wong Bikin Paula Sedih, Baim Wong: Ih Lucu Amat yah

Invansi Indonesia ke Timor Leste itu dikenal sebagai operasi Seroja, dimulai tanggal 7 Desember 1975.

Operasi seroja ini terjadi di era pemerintahan Presiden Soeharto.

Dalam peristiwa itu, sekitar 100.000–180.000 tentara dan warga sipil diperkirakan telah terbunuh atau mati kelaparan.

Baca Juga: Rumah Tangganya dengan Nadya Mustika Belakangan Diterpa Isu Miring, Rizki DA Unggah Soal Penyesalan dan Sabar, Ada Apa?

Berbulan-bulan militer Indonesia menghadapi perlawanan dari Timor Leste yang saat itu dipimpin Fretlin, sebelum akhirnya wilayah ini menjadi bagian dari negara Indonesia sebagai provinsi Timor Timur.

Lalu, apa alasan Presiden Soeharto sehingga mati-matian melancarkan invansi yang memakan ratusan ribu nyawa tersebut?

Melansir BBC (7/12/2001), dijelaskan bahwa hal itu bersumber dari kekhawatiran Soeharto bahwa gerakan komunis akan merembes ke Indonesia melalui Timor.

Baca Juga: Masa Lalunya Dibongkar Sosok Ini, Atta Halilintar Pernah Lalukan Aksi Nekat karena Tak Punya Uang

Dokumen yang mengungkapkan tentang pembicaraan di Jakarta antara Presiden AS Gerald Ford, Menteri Luar Negeri Henry Kissinger, dan mantan Presiden Indonesia Suharto, sehari sebelum invasi ke Timor Timur ini dirilis beberapa jam sebelum peringatan hari invansi Indonesia.

Kissinger telah menegaskan selama bertahun-tahun bahwa masalah Timor tidak pernah muncul selama pembicaraan dengan Soeharto.

Tetapi detail baru dari percakapan tersebut, yang disediakan oleh Arsip Keamanan Nasional, mengungkapkan sebaliknya.

Baca Juga: Selalu Totalitas Penuh Riasan, Nia Ramadhani Tak Malu Tunjukkan Wajah Polosnya Tanpa Makeup, Seperti Apa?

Soeharto memberi pengarahan kepada Ford dan Kissinger tentang rencananya untuk bekas jajahan Portugis, dan mereka menyatakan pemahaman atas proposal tersebut.

Sebelumnya, pada tahun 1975, Vietnam, Laos, dan Kamboja telah menjadi komunis.

Bukan hanya menjadi kekhawatiran Presiden Soeharto, AS juga sama- sama khawatir akan hal itu, di mana kekosongan kekuasaan politik telah terjadi di Timor Leste.

Yaitu dengan penarikan Portugal yang tergesa-gesa setelah 400 tahun pemerintahan kolonial.

Baca Juga: Indonesia Diprediksi Bakal Alami Resesi Ekonomi di Kuartal 3, Begini Petuah Cerdas Warren Buffett Soal Investasi di Masa Sulit

Partai-partai di Jakarta saat itu sedang membahas kekhawatiran kedua belah pihak tentang pemberontakan komunis di Malaysia dan Thailand, ketika Soeharto menyinggung masalah Timor.

Peringatan bahwa kelompok sayap kiri yang kuat di Timor, Fretelin, 'terinfeksi komunisme'.

"Kami ingin Anda mengerti jika kami mengambil tindakan cepat atau drastis," kata Soeharto.

Presiden Ford pun berkata bahwa dia mengerti.

Baca Juga: Ramai di TikTok, Video Pegawai Tunjukkan Kamar Hotel Penuh Bekas Darah Tak Wajar Viral, Diduga Hasil Perkelahian

"Kami tidak akan menekan Anda tentang masalah ini. Kami memahami masalah yang Anda miliki dan niat yang Anda miliki," katanya.

Kissinger juga menyetujui keputusan itu, tetapi dia mengatakan dia lebih suka Soeharto menunda sampai presiden kembali ke Amerika.

"Kami memahami masalah Anda dan kebutuhan untuk bergerak cepat, tetapi saya hanya mengatakan akan lebih baik jika itu dilakukan setelah kami kembali," katanya.

Katanya, dengan begitu mereka dapat mempengaruhi reaksi di Amerika.

Baca Juga: Postingan Terakhir Sebelum Ditangkap Polisi Jadi Sorotan, Reza Artamevia Terlihat Senyum Sumringah Bersama Temannya

Setelah perundingan itulah, bagian Timor Leste diserang oleh tentara Indonesia pada 7 Desember 1975, kemudian dianeksasi pada tahun berikutnya.

Pada 1976, Indonesia menyatakan jika Timor Leste menjadi bagian negara Indonesia sebagai Provinsi Timor Timur.

Selama 24 tahun, pemerintahan Soeharto terus berupaya untuk melakukan pembangunan di Timur Leste.

Namun, tetap ada golongan yang tidak puas dan melakukan tindakan separatis.

Baca Juga: Aaliyah Massaid Ungkap Permintaan Adjie Massaid Sebelum Menghembuskan Napas Terakhir, Reza Artamevia Akui Menyesal

Selanjutnya pada tahun 1999, akhirnya terjadi referendum Timor Timur.

Melalui referendum tersebut, Timor Leste memilih untuk merdeka, setelah 24 tahun menjadi bagian Indonesia dengan diwarnai perang gerilya.

Pada saat itu pemilih yang berpartisipasi mencapai 90 persen, sehingga penentuan pendapat tidak perlu diperpanjang.

Mengutip Kompas.com, akhirnya pada Sabtu (4/9/1999), PBB mengumumkan hasil penentuan pendapat (jajak pendapat).

Baca Juga: Kelabuhi Sang Istri Kerja Lembur, Pria Asal China Ini Lakukan Tindakan yang Bikin Heboh Seantero Sampai Dijatuhi Hukuman Mati

Sekjen PBB Kofi Annan di New York mengumumkannya pada pukul 08.00 WIB.

Hasilnya dari sekitar 450.000 pemilih, 78,5 persen (344.580) warga Timor Timur memilih untuk menolak otonomi, dan sekitar 21 persen (94.388) memilih otonomi, sedangkan 7.985 suara (1,8 persen) dinyatakan tidak sah.

Menurut Kofi Annan, hasil itu menunjukkan bahwa penduduk Timtim menginginkan kemerdekaan.

Baca Juga: Angka Penambahan Kasus Positif Harian Terus Naik, Anies Baswedan Ungkap Kekhawatiran Mengenai Kondisi DKI Jakarta yang Lampaui Batas Ideal WHO

Pada saat bersamaan, pengumuman itu juga dibacakan Ketua Unamet Ian Martin, di Dili, yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia, Portugal, dan Tetum.

Dalam pidatonya Annan meminta semua pihak menghentikan segala tindakan kekerasan yang selama 24 tahun mengakibatkan penderitaan di Timtim.

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Didukung Amerika Serikat, 45 Tahun Lalu Soeharto Lancarkan Invansi ke Timor Leste, Ternyata Ketakutan akan Hal Ini yang Jadi Alasannya

(*)

Tag

Editor : Nailul Iffah

Sumber Intisari Online