Kasus Harian Semakin Melonjak, Pakar Epidemiolog Sebut Indonesia Masuki Fase Kritis Covid-19, Bulan Ini Perkiraan Puncaknya

Minggu, 30 Agustus 2020 | 14:15
Kompas.com

Pasien Covid-19 yang sudah sembuh bisa mengalami 7 gangguan kesehatan menyiksa ini.

GridHype.ID - Hingga hari ini angka kasus virus corona masih belum menunjukkan penurunan.

Terlebih, pandemi corona masih menghantui berbagai negara di dunia.

Dilansir oleh worldometers.info, tercatat hinggapukul 08.00 WIB, kasus Covid-19 di seluruh dunia hari ini per Minggu (30/8/2020) yakni mencapai 25.153.561 kasus.

Menurut epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengingatkan agar Indonesia terus melakukan penguatan kuantitas dan kualitas testing virus corona.

Baca Juga: Didi Riyadi Ngaku Pernah Dipepet Bunga Zaenal saat Syuting Bareng, Nikita Mirzani: Masa Sih?

Menurutnya, Indonesia saat ini telah memasuki fase awal kritis akibat Covid-19.

"Indonesia ini sudah memasuki fase kritis awal yang diperkirakan mengalami puncak di awal Oktober 2020, khususnya Jawa. Ini bisa berlangsung lama, bisa sampai akhir tahun," kata Dicky dilansir dari Kompas.com, Rabu (26/08).

Apa indikator fase kritis ini?

Dicky menyebutkan, ada beberapa indikator yang mendasari bahwa Indonesia kini sudah memasuki fase kritis pandemi virus corona.

Baca Juga: Tak Mau Anaknya Jadi Perebut, Sule Minta Rizky Febian Klarifikasi Soal Putusnya Anya Geraldine dengan Ovi Rangkuti

Pertama, jumlah kasus baru harian yang semakin tinggi.

Hingga saat ini, menurut Dicky, hanya DKI Jakarta yang bisa dinilai secara valid karena memiliki cakupan tes memadahi dan memenuhi target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu satu tes per seribu per minggu.

"Untuk melihat secara valid berapa kasus baru harian, tentu harus diakukan dengantestingyang optimal, baik kuantitas maupun kualitas," jelas dia.

Baca Juga: Sumringah Komplainnya Direspon, Lutfi Agizal Pamer Pers Rilis KPAI Soal kata 'Anjay', Nikita Mirzani : Mendingan Ini Akun Kita Report Berjamaah!

"Bila ini tak bisa kita nilai, itu bukan sesuatu yang aman-aman saja. Malah sebaliknya, kita berada dalam posisi yang rawan karena kita tidak bisa menilai situasi sesungguhya di wilayah tersebut," lanjut Dicky.

Indikator kedua adalahinfection rateyang juga dipengaruhi oleh kapasitastesting.

Dicky menyebut infection rate tersebut bisa menilai seberapa parah virus corona telah menyebar.

Baca Juga: BLT 600 Ribu Tahap 2 Segera Cair, Cara Cek Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan Gampang Banget, Mulai dari Aplikasi Mobile Sampai Kirim SMS ke Nomor Ini!

Ketiga,positivity ratebaik pada level nasional maupun daerah yang berada di atas rata-rata global atau indikator WHO, yaitu di bawah 5 persen.

"Rata-rata kita di atas 10 persen, belum pernah turun di bawah 10 persen. Tentu ini situasinya rawan," kata Dicky.

Indikator terakhir untuk menilai bahwa Indonesia berada pada fase rawan adalah persentase penggunaan tempat tidur rumah sakit yang menunjukkan peningkatan.

Baca Juga: Berikan Hadiah Spesial untuk Sarwendah, Betrand Peto Melongo saat Tahu Harga Kadonya: Ai Nggak Habis Pikir

Menurut dia, setiap daerah harus melakukan evaluasi terhadap indikator-indikator tersebut untuk melihat sejauh mana tingkat keseriusan kondisi Covid-19.

Oleh karena itu, Dicky mengimbau agar semua daerah menguatkantestingdantracing, sehingga mendapatkan data yag memadai secara epidemiologi.

"Saya harap dalam fase rawan ini testing kita bisa menangkut, terlebih masih didominasi oleh Jakarta, sementara daerah lainnya belum menerapkan testing sesuai target WHO," kata Dicky.

Baca Juga: Tanpa Tedeng Aling-aling, Iis Dahlia Singgung Ayu Ting Ting Depan Nagita Slavina dan Raffi Ahmad

Ia mengatakan, jika Indonesia bisa melakukan 50.000 hingga 100.000 testing per hari, pasti akan sangat menunjang keberhasilan dalam mengendalikan pandemi ini.

Sebelumnya, seperti diberitakan Kompas.com, 25 Agustus 2020, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengakui jumlah tes Covid-19 di Indonesia masih jauh dari standar Badan Kesehatan Dunia ( WHO).

WHO menetapkan 1 tes per 1.000 penduduk per minggu.

Baca Juga: Digadang-gadang Bakal Tanggalkan Status Lajang, Billy Syahputra dan Amanda Manopo Latihan Tukar Cincin Tunangan

Jika mengejar standar WHO, maka Indonesia harus melakukan tes terhadap 267.000 warga per minggu.

Wiku mengatakan, Indonesia baru mencapai 35,6 persen dari standar yang ditetapkan WHO.

"Ini memang capaiannya masih jauh dari target yang diminta WHO dan menjadi standar internasional," kata dia. Menurut Wiku, pemerintah berupaya meningkatkan jumlah tes, salah satunya dengan memperbanyak jumlah laboratorium.

Artikel ini telah tayang di Stylo.ID dengan judul Kasus Positif Harian Kian Meningkat, Indonesia Disebut Masuki Fase Kritis Covid-19, Bisa Berlangsung Lama Hingga Akhir Tahun!

(*)

Editor : Nailul Iffah

Sumber : Stylo.ID

Baca Lainnya