Tak Biasa! Perkebunan Mayat, Tempat Dimana Ribuan Mayat Sengaja Dibiarkan Membusuk untuk Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Sabtu, 20 Juni 2020 | 10:45
David Howells / Corbis melalui Getty Images

Mayat membusuk di perkebunan mayat

GridHype.ID - Tak ada yang tahu hal apa yang terjadi pada tubuh kita saat meninggal.

Mungkin sebgaina besar orang berfikir mayat kita hanya akan dikubur dan terurai dalam tanah.

Kendatipun begitu beberapa orang memilih untuk 'memanfaatkan' mayatnya untuk diteliti.

Pada awal tahun 1970-an, para ilmuwan forensik yang bertugas pada kasus-kasus kriminal hanya bisa mengamati mayat menggunakan bangkai babi.

Baca Juga: Suka Gunaka Aplikasi Kamera Ponsel? Eits Hati-hati! 36 Aplikasi Kamera Ini Dihapus dari Google Play Store karena Berbahaya

Hal itu karena secara fisiologis, mereka mirip dengan manusia.

Bahkan sekarang, banyak negara di luar AS masih memanfaatkan bangkai babi untuk penelitian semacam itu.

Namun pada tahun 1972, seorang pria bernama Dr. William Bass melakukan revolusi dalam dunia forensik.

Dia mendirikan perkebunan mayat pertama di Universitas Tennessee di Knoxville.

Ide Bass ini muncul karena awalnya dia ditugasi untuk menyelidiki kasus lokal terkait jenazah dari era Perang Sipil.

Bass membuat analisis yang salah dengan menyatakan jenazah adalah milik orang baru.

Padahal jenazah yang dimaksud memang prajurit Perang Sipil yang awet karena pembalseman dan peti besi yang tertutup rapat.

Baca Juga: Bikin Pilu! Demi Sesuap Nasi Keempat Anak Ini Terpaksa Kerjakan PR Sambil Jualan Mi Kering di Pinggir Jalan

Atas kesalahannya, Bass sadar masih dibutuhkan penelitian seputar dekomposisi manusia.

Alhasil, berdirilah perkebunan mayatnya di tanah universitas.

Tempat itu kemudian dapat digunakan oleh para peneliti untuk meninggalkan tubuh manusia yang disumbangkan agar terurai dalam berbagai kondisi untuk diamati.

Di antara sejumlah perkebunan mayat di Amerika, ribuan mayat membusuk di bawah pengawasan para peneliti.

Banjarmasin Post
Banjarmasin Post

Perkebunan Mayat

Di University of Tennessee saja, ada lebih dari 1.800 mayat dan tambahan 4.000 orang yang telah mendaftar untuk menyumbangkan tubuhnya usai meninggal kelak.

Para peneliti akan menyetor tubuh (biasanya telanjang, tetapi tidak selalu) di lokasi tertentu sesuai dengan jenis penelitian yang mereka coba lakukan.

Terkadang tubuh dibiarkan di bawah sinar matahari terbuka, namun kadang di tempat teduh, atau di rumput tinggi.

Baca Juga: Jadi Buah dengan Harga Fantastis hingga Jutaan Rupiah, Buah Kersen Ternyata Miliki Banyak Manfaat Kesehatan!

Peneliti kadang melindungi mayat dengan kawat agar terlindung dari burung, tapi kadang sengaja di tempatkan di daerah terbuka.

Untuk mengamati contoh mayat korban pembunuhan, peneliti juga memposisikan mayat dalam berbagai situasi.

Kadang ia ditinggalkan terendam di tangki air, diikat ke pohon, atau bahkan ditempatkan di dalam batang mobil.

Sementara itu, stasiun cuaca memantau semua faktor yang relevan termasuk suhu dan kelembaban dan peneliti bertugas memantau proses dekomposisi.

Bagaimana Tubuh Terdekomposisi

Ketika seseorang pertama kali meninggal, cairan di dalam sel mereka bocor dan bakteri akan mulai.

Bakteri kemudian mengubah cairan dan padatan di dalam tubuh menjadi gas yang menyebabkan tubuh membengkak.

Baca Juga: Video Viral, Seorang Dokter Gigi di Surabaya Kedapatan Telanjang di Jalanan Diduga karena Stres, IDI Sampaikan Penjelasan Ini

Pada tahap ini, yang dicapai dalam beberapa hari setelah kematian, tubuh bisa membengkak menjadi hampir dua kali lipat dari ukuran sebelumnya.

Sementara itu, produksi bakteri sulfur juga memberi warna yang aneh, kekuningan pada tubuh.

Saat itulah lalat tiba dan bertelur yang akan menetas menjadi belatung untuk melanjutkan mengkonsumsi daging.

Kemudian, sekitar tiga hari setelah kematian, tubuh memasuki tahap pembersihan.

allthatsinteresting.com
allthatsinteresting.com

Dr. William Bass mendirikan perkebunan mayat pertama.

Ketika tubuh mengerut, ia mengeluarkan cairan yang sangat kaya nitrogen sehingga dapat mematikan rumput di sekitarnya dan meninggalkan area hitam.

Setelah itu, belatung dan bakteri akan memakan semua daging dalam beberapa minggu.

Dari titik ini mayat akan terus mengering hingga menyisakan tulang pada bulan ke enam.

Baca Juga: Nasib Malang, Usus Kakek Ini Membusuk Usai Makan Semangka yang Disimpan Dalam Kulkas

Terobosan yang dilakukan di perkebunan mayat dapat membantu pihak berwenang menemukan mayat yang hilang.

Lebih jauh, ini juga membantu peneliti untuk memahami necrobiome atau jenis rantai makanan ang berperan ketika tubuh manusia terurai.

Sementara itu, produksi bakteri sulfur juga memberi warna yang aneh, kekuningan pada tubuh.

Saat itulah lalat tiba dan bertelur yang akan menetas menjadi belatung untuk melanjutkan mengkonsumsi daging.

Kemudian, sekitar tiga hari setelah kematian, tubuh memasuki tahap pembersihan.

Ketika tubuh mengerut, ia mengeluarkan cairan yang sangat kaya nitrogen sehingga dapat mematikan rumput di sekitarnya dan meninggalkan area hitam.

Setelah itu, belatung dan bakteri akan memakan semua daging dalam beberapa minggu.

Baca Juga: Sekte Yahudi Ortodoks Ini Ingin Bubarkan Israel dan Dukung Kemerdekaan Palestina karena Alasan Ini

Dari titik ini mayat akan terus mengering hingga menyisakan tulang pada bulan ke enam.

Terobosan yang dilakukan di perkebunan mayat dapat membantu pihak berwenang menemukan mayat yang hilang.

Lebih jauh, ini juga membantu peneliti untuk memahami necrobiome atau jenis rantai makanan yang berperan ketika tubuh manusia terurai.

(*)

Artikel ini telh tayang di Intisari dengan judul Mengintip Perkebunan Mayat: Saat Ribuan Mayat Dibiarkan Membusuk, Diikat di Pohon, Hingga Direndam, Pasti Baunya Sangat Menyengat Ya!

Tag

Editor : Ruhil Yumna

Sumber Intisari