GridHype.ID - Pemerintah Israel membuat pernyataan yang tak biasa.
Pernyataan tersebut berupa permintaan maaf karena anggota polisi Israelmenembak mati seorang warga Palestina.
Pemerintah Israel selama ini dikenal bertindak dengan sangat keras bahkan cenderung kejam kepada warga Palestina.
Mereka bahkan kerap menyerang warga Palestina dengan senjata yang tidak jarang menimbulkan kematian.
Baca Juga: Sakit Hati Lihat Banyak Orangtua Menelantarkan Bayi Mereka, Celine Evangelista: Sini Aku Urusin!
Namun, kali ini, tidak seperti biasanya, Israel melalui Menteri Pertahanan mereka, mengucapkan permintaan maaf.
Benny Gantz, nama Menhan Israel, mengaku meminta maaf atas penembakan yang terjadi dan bahkan berjanji akan melakukan investigasi atas kasus tersebut.
Namun, meski demikian, warga Palestina tetap geram bahkan sampai melakukan sebuah demonstrasi besar-besaran.
"Kami berharap mereka yang bertanggung jawab dalam investigasi ini segera bertindak, dan menempatkan polisi itu ke pengadilan," ujar Kuasa hukum keluarga korban penembakan, Jad Qadmani.
Lalu, siapa sebenarnya korban hingga membuat pemerintah Israel yang terkenal angkuh mau meminta maaf?
Iyad Halaq tewas pada Sabtu (30/5/2020) di Yerusalem Timur ketika dia sedang berjalan menuju sekolah berkebutuhan khusus.
Dalam klaim kepolisian Israel, pria berusia 32 tahun itu ditembak mati dianggap membawa senjata dan mengabaikan perintah untuk berhenti.
Namun ketika diperiksa, Iyad diketahui tak bersenjata.
Menhan Benny Gantz pun mengaku menyesalkan adanya insiden tersebut.
Baca Juga: Bukan Kaleng-kaleng! Meski Berada di Pinggir Sungai, Pagar Rumah Ini Dihiasi Ratusan Iphone 6
"Kami minta maaf atas peristiwa tertembaknya Iyad Halaq, dan tentu saja kami berbagi duka dengan keluarga mendiang," jelasnya.
Dalam rapat kabinet Minggu (31/5/2020), mantan Kepala Staf Gabungan itu berjanji akan menyelidiki dan mengambil keputusan secepatnya.
Menhan Israel berusia 60 tahun itu menambahkan, kepolisian akan berusaha untuk menggunakan kekuatan guna mengurangi jatuhnya korban.
Dalam beberapa pekan terakhir, tensi semakin tinggi setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berencana menduduki sebagian Tepi Barat.
Otoritas Palestina mengumumkan mereka tak lagi terikat perjanjian baik dengan Israel maupun AS, termasuk yang berhubungan dengan keamanan.
Dilansir BBC Senin (1/6/2020), Iyad Halaq setiap hari berjalan dari rumahnya di Wadi al-Joz menuju pusat Elwyn El Quds, sekolah bagi penyandang disabilitas.
Sepupu Iyad, Dr Hatem Awiwi, mengungkapkan pria itu mempunyai penurunan fungsi menuju spektrum autis, dan sulit berkomunikasi dengan orang lain.
"Dia tidak tahu polisi. Dia hanya melihat orang asing dan kemudian kabur. Saat itulah dia ditembak mati," kata Awiwi kepada Haaretz.
Saat kejadian, juru bicara kepolisian menerangkan anggota mereka tengah berpatroli di Kota Tua saat melihat Iyad, dan mengiranya membawa benda seperti pistol.
Saat itu, penegak hukum meneriakinya agar berhenti. Tapi, Iyad kemudian berlari. Saat dikejar itulah, dia kemudian ditembak dan tewas.
"Tidak ada senjata yang ditemukan di area itu setelah dilakukan penyisiran," kata kepolisian. Hasil autopsi menyatakan Iyad tertembak dua kali di dada.
Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Saab Erekat, menyatakan kejahatan ini tidak akan diproses secara serius.
Kecuali, dunia berhenti memperlakukan Tel Aviv sebagai negara yang berada di atas hukum. Dia membandingkannya dengan pembunuhan George Floyd di AS.
Kematian Iyad membangkitkan kemarahan publik, di mana baik warga Palestina maupun Israel melakukan unjuk rasa di Yerusalem, Tel Aviv, maupun Jaffa.
Sebagian membawa poster bertuliskan "Keadilan untuk Iyad", maupun "Palestinian Lives Matter", meniru pergerakan Black Lives Matter di AS.
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Benar-benar Tak Lazim, Israel yang Angkuh Rela Minta Maaf Setelah Tembak Mati Warga Palestina, Ternyata Kondisi Korban Jadi Alasannya
(*)