GridHype.ID - Sebelumnya, Venezuela tengah berjuang dalam krisis ekonomi yang melanda negaranya.
Kini, dalam menangani pandemi Covid-19, Venezueladibuat geram dengan Inggris.
Hal ini terjadi lantaran emas miliknya senilai Rp14 triliun yang akan digunakan untuk menangani wabah Covid-19 justru ditahan oleh Inggris.
Negara di Amerika Selatan ini memang sedang berada dalam himpitan berbagai krisis.
Mulai dari krisis ekonomi, krisis kemanusiaan, dan kini krisis kesehatan.
Tentu saja beberapa tahun lalu tidak pernah ada yang menyangka pemilik cadangan minyak terbesar di dunia ini akan didera krisis ekonomi hebat.
Namun seiring dengan anjloknya harga minyak, berikut dengan tekanan dari Amerika Serikat, negara ini diterjang badai krisis hebat.
Inflasi di negara yang dipimpin Presiden Nicholas Maduro ini mencapai 4.115%membuat mata uang mereka kehilangan nilainya.
Rumah sakit, yang dulu melayani warganya dengan baik, kini bahkan dijuluki sebagai rumah sakit terburuk di dunia.
Saat virus corona mulai menyebar di negara tersebut hingga menimbulkan kematian, Venezuela pun memutuskan untuk membongkar brankas emas mereka.
Namun, apa daya, harapan terakhir Venezuela untuk menangani wabah virus coroan di negaranya itu malah ditahan oleh Inggris.
Venezuela mengatakan Bank of England menolak untuk melepaskan emas yang dibutuhkan untuk melawan Covid-19
Bank sentral Venezuela menuntut Bank of England untuk mengakses cadangan emas yang akan membantunya mengatasi pandemi virus corona.
Bank of England telah "menolak untuk mengkonfirmasi" untuk memberikan Venezuela akses ke €930 juta (setara AS$1 miliar atau Rp14 triliun) emas yang disimpan atas namanya.
Hal ini merujuk pada surat-surat yang diajukan di Pengadilan Tinggi London minggu lalu.
Venezuela telah meminta Bank of England melikuidasi emas dan mengirim dana ke Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Tujuanya adalah agar badan PBB tersebut dapat membeli "peralatan kesehatan, obat-obatan dan bahan makanan dasar," menurut surat kabar yang diajukan oleh firma hukum London Zaiwalla & Co.
"Tidak ada, atau tidak ada dasar, untuk penolakan semacam itu," kata dokumen pengadilan. "Perilaku BoE salah."
Bank of England mengatakan kepadaCNNbahwa mereka "tidak mengomentari hubungan pelanggan individu."
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memasukkan Venezuela ke dalam daftar 135 negara yang memerlukan pasokan peralatan medis utama sebagai bagian dari rencana respons kemanusiaan global terhadap Covid-19.
Infrastruktur kesehatan Venezuela rapuh, dan negara itu telah berada di bawah tekanan lebih lanjut oleh sanksi ketat AS sejak 2019.
Hingga saat ini telah tercatat 824 kasus virus corona dan 10 kematian, menurut data Universitas Johns Hopkins.
"Venezuela berada di tengah-tengah krisis ekonomi dan krisis kemanusiaan yang mengerikan yang telah mendorong 5,1 juta rakyat Venezuela untuk kabur dari negaranyasebagai pengungsi dan migran," kata PBB dalam sebuah pernyataan, Rabu.
Krisis di negara ini juga diperparah oleh perebutan kekuasaan antara Presiden Nicolás Maduro dan pemimpin oposisi Juan Guaido melanjutkan
Baca Juga: Rela Jual Ginjal Seharga Rp245 Juta Demi Beli Iphone, Kini Anak Remaja Ini Harus Cuci Darah
Pemerintah Inggris, bersama dengan pemerintah AS dan banyak lagi di seluruh dunia, mengakui Guaido, bukan Maduro, sebagai pemimpin sah Venezuela.
Gejolak politik Venezuela berasal dari pemilihan presiden pada tahun 2018, di mana Maduro mendapatkan masa jabatan enam tahun lainnya dalam proses yang secara luas dipandang sebagai kebohongan.
Bank of England memblokir upaya serupa oleh pemerintah Venezuela untuk mendapatkan akses ke emas pada akhir 2018, menurut Financial Times.
Bank itu menyimpan sekitar 400.000 batang emas di brankasnya, bernilai lebih dari £ 200 miliar (AS$244,6 miliar), menurut situs webnya.
Itu membuatnya menjadi penjaga emas terbesar kedua di dunia setelah Federal Reserve New York.
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Jadi Harapan Terakhir untuk Tangani Covid-19, Emas Rp14 Triliun Milik Negara dengan Rumah Sakit Terburuk di Dunia Ini Malah Ditahan oleh Inggris, Kok Bisa
(*)