Petugas Pemakaman bagikan Curahan Hatinya di Masa Pandemi Virus Corona Ini, Layani 200 Jenazah Perhari: Begitu Banyak Orang Mati

Selasa, 14 April 2020 | 22:05
Kompas.com

Petugas pemakaman membawa peti jenazah pasien suspect virus corona atau Covid-19 di TPU Tegal Alur, Jakarta Barat, Selasa (31/3/2020).

GridHype.ID - Keresahan akan virus corona melanda hampir seluruh lapisan masyarakat.

Tak terkecuali petugas pemakaman.

Sama halnya dengan tenaga medis yang ada di jalur terdepan, mereka juga harus bekerja ekstra keras selama wabah ini masih menghantui masyarakat di dunia.

Baca Juga: Biduk Rumah Tangganya Sempat Diisukan Alami Keretakan usai Diterawang oleh Salah Satu Paranormal Ternama, Andre Taulany Unggah Kabar Sedih: 'Maafkan Kami, Semua Akan Indah Pada Waktunya'

Seperti yang dialami oleh petugas pemakaman berikut ini.

Pemakaman jenazah meningkat

Philip Tassi mengingatkan bahwa pemakaman tempat ia bekerja sudah kewalahan.

Namun tak ada waktu baginya untuk beristirahat karena pemerintah New York mengumumkan rekor angka kematian akibat virus corona di negara bagian itu.

Tassi yang bekerja di Pemakaman Ferncliff di Westchester, beberapa mil dari Manhattan, mengatakan “permintaan penguburan dan kremasi yang kami terima meningkat 300%”.

Hampir 200 jenazah dikremasi selama 16 jam setiap hari, tujuh hari dalam seminggu.

Sekalipun sudah bekerja dengan kapasitas maksimum, jadwal sudah penuh sampai akhir minggu depan.

Baca Juga: Ikut Hancur Ditinggal Glenn Fredly, Aura Kasih Kedapatan Hapus Postingan Khususnya untuk Mendiang sang Mantan

Sejarah bagai berulang di New York, pusat ledakan pandemi Covid-19 di Amerika Serikat, bahkan jumlah penderita penyakit ini telah melampaui penderita di negara mana pun di dunia.

"Kebanyakan pemakaman tidak punya unit pendingin untuk pandemi.

Maka masalah utama kami adalah kami tak punya penyimpanan jenazah untuk waktu lama," kata Tassi yang juga ketua Asosiasi Pemakaman Negara Bagian New York.

Rumah jenazah juga sudah kewalahan. Pihak berwenang mengirim puluhan mobil penyimpan jenazah dan trailer ke rumah sakit dan ke berbagai penjuru kota untuk mencegah bertumpuknya jenazah tanpa tempat penampungan – sebagaimana yang terjadi di negara yang terlanda epidemi virus ini.

https://s.abcnews.com/

Negara Amerika Serikat berada di urutan pertama dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak di dunia.

Tassi yang sudah bekerja di bidang ini selama 23 tahun mengatakan kepada BBC Mundo, “Saya belum pernah melihat ini sepanjang hidup saya. Begitu banyak orang mati dalam waktu sangat singkat.”

“Bahkan ketika serangan 11 September, tidak sebanyak ini,” katanya mengacu pada peristiwa besar di New York tahun 2001.

Serangan yang disebut secara resmi sebagai “serangan teroris terbesar” dalam sejarah Amerika Serikat itu memakan koran 2.753 jiwa.

Baca Juga: Hilangkan Plak Gigi yang Bikin Enggak Pede dengan 3 Bahan Alami Ini, Gampang dan Simpel!

Angka itu sudah terlampaui pekan ini oleh virus corona yang sudah menewaskan lebih dari 7.000 orang di New York.

Pandemi ini telah mengubah New York. Tadinya ia adalah kota yang tak pernah tidur, kini menjadi kota yang sangat sepi.

Begitu tenang dan sepinya kota itu sehingga kita bisa menyebrang jalan utama tanpa harus menunggu lampu lalu lintas berganti. Atau, kalau ada koin terjatuh di seberang jalan, kita bisa mendengarnya dengan jelas.

Ketenangan itu sesekali pecah oleh sirene ambulans yang lewat.

Selain itu, setiap hari pukul 7 malam, warga New York akan bersorak dan bertepuk tangan dari jendela mereka untuk menghormati para pekerja medis.

Sejenak kota itu mendapatkan lagi semangat mereka.

Pihak berwenang telah memperpanjang penutupan sekolah dan tempat usaha, juga melarang pertemuan umum sekurangnya hingga 29 April dengan denda US$1.000 bagi pelanggar.

Baca Juga: Terkuak! Ternyata Ini Alasan Kucing Pergi Ke Tempat Sepi Sebelum Mati

Sekalipun polisi tidak secara tegas mengendalikan pergerakan manusia, 8,6 juta warga New York umumnya patuh dan tinggal di dalam rumah mereka selama bisa.

Suasana darurat kesehatan tak mungkin dihindari.

Bahkan bagi warga yang ingin berolahraga di taman utama kota itu, Central Park.

Sebuah rumah sakit darurat berupa tenda putih raksasa dibangun di taman itu untuk menampung puluhan pasien Covid-19.

Pinterest

Waspada! Ahli Ingatkan Prediksi Gelombang Kedua Pandemi Corona Meski Kini Belum Sampai Puncaknya

Selain itu, katedral Saint John the Divine di Manhattan – yang dianggap gereja Gothik terbesar di dunia – juga sudah diubah menjadi rumah sakit darurat.

Pihak militer sudah mengubah Javits Convention Center menjadi rumah sakit darurat dengan 2.500 tempat tidur.

Targetnya adalah meningkatkan kapasitas layanan kesehatan, di negara bagian yang sudah memiliki lebih dari 150.000 orang yang dipastikan positif Covid-19.

Baca Juga: Jadi Anak Bos Pertamina, Yosafat Abimanyu Kini Berusia 3 Bulan, Intip Momen Gemasnya Main Bareng Ahok

Presiden Donald Trump sudah menyetujui pengiriman kapal rumah sakit militer USNS Comfort ke Manhattan untuk mulai merawat pasien Covid-19.

Namun penyakit ini memang tampaknya begitu sulit dikendalikan, karena salah seorang awak kapal itu terinfeksi virus corona dan beberapa lagi langsung diisolasi untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Petugas Pemakaman di New York Cerita Banyaknya Warga Korban Corona yang Dimakamkan Tiap Hari

Tag

Editor : Ruhil Yumna

Sumber tribunnews