Anak Gunung Krakatau Alami Erupsi, Jangan Lupakan Letusan 'Sang Ibu' yang 10.000 Kali Lebih Ngeri dari Bom Hiroshima

Sabtu, 11 April 2020 | 19:00
dok. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Gunung Anak Krakatau meletus

GridHype.ID - Warga yang tinggai di sisi barat Pulau Jawa dan Tenggara Pulau Sumatera kini dibuat cemas.

Hal ini lantaran Gunung Anak Krakatau yang kembali melakukan erupsi.

Eupsi ini terjadi pada Jumat (10/4/2020) malam sekitar pukul 21.58 WIB

Maklum, Gunung Anak Krakatau memiliki kisah sejarah yang tak pernah boleh diabaikan.

Baca Juga: Tompi Bagikan Penyesalan Glenn Fredly : Mengapa Tidak Dari Dulu Begini

Tak ada "anak" bila tidak ada "ibu", namun ke manakah sosok "Ibu Krakatau" ini?

Mengapa kini hanya ada Gunung Anak Krakatau?

Semua berawal dari letusan Gunung Krakatau pada Agustus 1883.

Ini adalah salah satu letusan gunung berapi paling mematikan dalam sejarah modern.

Waktu itu, si "Ibu Krakatau" benar-benar membuat gaduh dunia beserta isinya.

Baca Juga: Marak Digunakan saat Social Distancing, Aplikasi Zoom Rupanya Menyimpan Bahaya yang Tak Disadari Penggunanya

Diperkirakan lebih dari 36 ribu orang meninggal akibat letusan gunung tersebut.

Banyak yang meninggal akibat luka panas dari ledakan dan banyak lagi yang menjadi korban tsunami, menyusul ledakan.

Setelah insiden tsunami, gunung berapi runtuh menjadi kaldera di bawah permukaan laut.

Letusan juga mempengaruhi iklim dan menyebabkan suhu turun di seluruh dunia.

Sekadar informasi, Pulau Krakatau berada di Selat Sunda antara Jawa dan Sumatra, Indonesia.

Baca Juga: Bidan Cantik Ini Tertambat Cintanya pada Penjual Bakso Bakar dan Dilamar di Hari Wisuda, Kisah Cintanya yang Mirip Film Viral

Sebelum letusan bersejarah, pulau ini memiliki tiga puncak gunung berapi: Perboewatan, yang paling utara dan paling aktif; Danan di tengah; dan yang terbesar, Rakata, membentuk ujung selatan pulau.

Krakatau dan dua pulau terdekat adalah sisa-sisa letusan besar sebelumnya yang meninggalkan kaldera bawah laut.

Pada pukul 12:53 pada Minggu tanggal 26 Agustus 1883, ledakan awal letusan mengirimkan awan gas dan puing-puing sekitar 24 km ke udara di atas Perboewatan.

Pada pagi hari tanggal 27, empat ledakan dahsyat, terdengarhingga Perth, Australia, sekitar 4.500 km, menenggelamkan Perboewatan dan Danan ke bawah laut.

Baca Juga: 3 Kali Menikah dan Miliki 7 Anak, Pinkan Mambo Tak Bisa Menjawab Pertanyaan Sepele dari Nikita Mirzani

Ledakan awal ruang magma memungkinkan air laut untuk memanggil lava panas.

Hasilnya dikenal sebagai freatomagmatik.

Air mendidih, menciptakan bantalan uap super panas yang membawa aliran piroklastik hingga 40 km dengan kecepatan melebihi 99 km/jam.

Letusan diperkirakan memiliki kekuatan ledakan 200 megaton TNT.

(Untuk perbandingan, bom yang menghancurkan Hiroshima memiliki kekuatan 20 kiloton, jadi hampir sepuluh ribu kali lebih eksplosif.)

Tephra (pecahan batu vulkanik) dan gas panas vulkanik membuat banyak korban di Jawa bagian barat dan Sumatra, tetapi ribuan lainnya tewas akibat tsunamipascaledakan.

Baca Juga: Perlu Kalian Tahu Akses Sumber yang Disenangi Semut Agar Tidak Jadi Sarang, Begini Caranya

Dinding air, hampir 36 meter, diciptakan oleh runtuhnya gunung api ke laut.

Itu benar-benar membanjiri pulau-pulau kecil di dekatnya.

Penduduk kota-kota pesisir di Jawa dan Sumatra melarikan diri ke tempat yang lebih tinggi. Seratus enam puluh lima desa pesisir hancur.

Pada 1927, 44 tahun setelah ledakan, beberapa nelayan Jawa terkejut ketika melihat uap dan puing mulai dimuntahkan dari kaldera yang runtuh itu.

Dalam beberapa minggu, ujung kerucut baru muncul di atas permukaan laut.

Dalam waktu satu tahun, ia tumbuh menjadi pulau kecil, yang diberi nama Anak Krakatau.

Anak Krakatau terus meletus secara berkala, meskipun letusan kecil, inicukup berbahaya untuk pulau-pulau sekitarnya.

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Jangan Remehkan Erupsi Gunung Anak Krakatau, Sebab Dulunya Letusan 'Ibu Krakatau' 10.000 Kali Lebih Menghancurkan dari Bom Atom Hiroshima

(*)

Editor : Linda Fitria

Sumber : Intisari Online

Baca Lainnya