GridHype.ID - Di balik segala hal negatif yang menyertai pandemi virus corona, nyatanya ada hal posiif yang terjadi pada bumi.
Bahkan hal positif ini disampaikan langsung oleh para ahli.
Ya, Covid-19 mampu menyadarkan banyak orang akan pentingnya vaksin.
Selain itu juga mampu menurunkan polusi udara global, pandemi ini ternyata juga mengurangi getaran di muka bumi.
Dilansir dari CNN, Jumat (3/4/2020); para pakar seismologi di seluruh dunia mendapati adanya pengurangan kebisingan seismik (seismic noise) selama sebulan terakhir ini.
Baca Juga: Sindir Mbah Mijan, Ningsih Tinampi Tegaskan Pengobatan Miliknya Sungguhan Bukan Settingan
Kebisingan seismik, dijelaskan oleh Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, disebabkan oleh getaran-getaran kecil (mikroseismik) artifisial yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, seperti aktivitas pabrik dan kendaraan.
Nah, berkat adanya kebijakan social distancing untuk menekan penyebaran virus corona, getaran-getaran kecil artifisial di muka bumi ini pun berkurang dan kebisingan seismik menurun.
Dari Belgia sampai Indonesia Berkurangnya kebisingan seismik ini pertama kali dibahas oleh Thomas Lecocq, seorang pakar geologi dan seismologi dari Observatorium Royal di Belgia.
Lecocq berkata bahwa sejak diterapkannya social distancing dengan menutup sekolah dan usaha di Belgia pada pertengahan Maret, kebisingan seismik di Brussel mengalami penurunan sebanyak 30-50 persen.
Tingkat kebisingan ini setara dengan apa yang biasa ditemukan oleh para pakar seismologi pada hari natal.
Berkat pengurangan kebisingan ini, Lecocq dan para pakar seismologi di Belgia menjadi lebih mampu mendeteksi gempa atau kejadian seismik kecil yang biasanya tidak terdeteksi di stasiun-stasiun seismik tertentu.
Stasiun seismik di Brussel, misalnya. Lecocq berkata bahwa pada hari biasa, stasiun yang dibangun lebih dari seabad lalu di tengah kota ini nyaris tak berguna karena terganggu oleh kebisingan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia.
Para pakar Belgia bahkan harus mengandalkan stasiun lain yang memanfaatkan pipa di bawah tanah untuk memonitor aktivitas seismik di area Brussel.
Namun, Lecocq kini menilai bahwa untuk saat ini, stasiun seismik Brussel hampir sama baiknya dengan stasiun yang menggunakan pipa bawah tanah.
Efek ini juga dirasakan oleh pakar seismologi Paula Koelemijer di London, Inggris, Celeste Labedz di Los Angeles, Amerika Serikat dan BMKG di Indonesia.
Diwawancarai oleh Kompas.com via pesan singkat, Sabtu (4/4/2020); Daryono berkata bahwa seismik yang bersumber dari aktivitas manusia memang didapati berkurang karena banyak kota besar yang penduduknya mengurangi aktvitas.
Hal ini memang tidak memengaruhi seismik yang bersumber dari gempa atau sumber-sumber Bumi lainnya (endogen), karena gempa masih terjadi di indonesia puluhan kali dalam sehari dalam berbagai variasi magnitudo dan kedalaman.
Baca Juga: 19 Negara Ini Diketahui Bebas Virus Corona, Kok Bisa?
Akan tetapi, berkurangnya kebisingan seismik membantu para pakar di BMKG dalam membaca gelombang gempa.
Sebab, gelombang, khususnya yang bersumber dekat kota, menjadi relatif lebih jelas.
"Kita makin jelas baca gelombang gempanya karena noise-nya berkurang," ujarnya.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pandemi Corona Bikin Getaran di Muka Bumi Berkurang, Ini Penjelasannya"