GridHype.ID - Ada cerita haru mengenai pengguna ojek online yang dibagikan oleh ibu bernamaVebby Angelique Angkuw.
Melalui akun Facebook-nya, Vebby Angelique Angkuw menceritakan pengemudi taksi online bernamaWeimpy Sulendra.
Baca Juga: Citra Anidya, Bongkar Sifat Chef Juna yang Tak Disukainya
Vebby merasa sangat berterimakasih pada Weimpy Sulendra yang telah rela mengantar jenazah bayinya pada Senin (17/2/2020) malam.
Kisahnya pun ia bagikan lewat postingan facebook pribadinya.
Dan postingan tersebutpun kini menjadi viral.
Kisah tersebut tentu saja sarat nuansa duka, namun juga menampilkan sisi kemanusiaan.
Baca Juga: Blazer Raffi Ahmad Senilai Motor NMAX 2020, Yuk Intip Style Pasangan Ini Saat Kunjungan Menteri
Vebby Angelique Angkuw (39) dan suaminya harus menunggu lama kedatangan taksi online untuk membawa jenazah bayinya pulang dari RS Budi Asih, Jakarta Timur ke rumahnya di kawasan Cakung.
Setelah beberapa kali ditolak sopir, mereka akhirnya dipertemukandengan sopir taksi online bernama Weimpy Sulendra yang bersedia mengantarkan.
Dilansir dari Kompas.com, Vebby menceritakan bagaimana peristiwa itu terjadi.
"Jadi bayi saya lahir prematur 8 bulan. Dia lahir tepat saat Tahun Baru 2020, pukul 02.00," ujar Vebby, Selasa (25/2/2020) malam.
Baca Juga: Jalankan Program Anak Kedua, Nagita Slavina Alami Keguguran
Kelahiran prematur bayi yang diberi nama Muhammad Raka itu karena Vebby punya riwayat darah tinggi saat melahirkan anak keempatnya.
Ketika memeriksakan diri ke rumah sakit, ia mendapati tekanan darahnya tembus di angka 180.
Dokter menyarankannya segera operasi caesar.
Raka akhirnya lahir prematur, sedangkan Vebby mesti masuk ICU usai melahirkan.
Baca Juga: Negatif Virus Corona, PM Australia: Indonesia Tak Sengaja Lakukan Kebohongan
Tak sampai sepekan Vebby dirawat, ia kemudian diperbolehkan pulang.
Namun, bayi Raka yang ketika lahir bobotnya belum tembus 2 kilogram mesti menjalani masa perawatan di RS Budi Asih selama 22 hari.
Tanggal 24 Januari 2020, Raka akhirnya diizinkan meninggalkan rumah sakit pulang, namun harus rutin diperiksa ke dokter.
Ketika mulai menjalani pemeriksaan rutin, bayi mungil itu kemudian didiagnosis punya kelainan ritme jantung pada 5 Februari 2020.
Baca Juga: Tunangan Mike Lewis Ingin Pernikahan Sederhana, Janisaa Pradjaparamita: Enggak Usah yang Heboh
Setelah sempat dibawa ke poli jantung untuk diberi obat, Raka tetap bisa terlelap di rumah.
Pada 17 Februari 2020, bobot Raka turun 2 ons dari 2,3 kilogram, meskipun tampak sehat sebelum-sebelumnya.
"Selang satu jam itu bayi saya sudah mulai sesak napas, bibirnya mulai kelihatan pucat, matanya sudah ke atas. Saya buru-buru minta suami saya antar ke rumah sakit," ujar Vebby.
Keduanya pun segera menuju ke RS Budi Asih, Jakarta Timur, untuk memeriksakan Raka yang terlihat kian lemah.
Tak berhenti rapalan doa meluncur dari mulut pasangan suami-istri itu.
Baca Juga: Nggak Mau Pakai Jasa Laundry atau Mesin Cuci, Sarwendah Pilih Duduk Jongkok Kucek Bajunya Satu-satu
Setelah tiba di rumah sakit, Raka segera diperiksa.
Sayang, ia tak mampu lebih dari 2 jam bertahan sejak sampai di sana.
Dokter sempat beberapa kali menggunakan alat pacu jantung.
Jantung Raka sempat merespons, awalnya.
Namun, singkat cerita, bayi mungil itu menghadap Yang Kuasa.
"Dokter ngasih saya kertas riwayat jantung anak saya. Saya enggak mau lihat, saya enggak mau ambil," ujar Vebby.
"Saya rasanya mau meledak. Saya bertanya, kenapa tidak saya saja yang meninggal saat di ICU kemarin-kemarin?" tambah dia.
Jenazah bayi Raka masuk ruang jenazah. Proses administrasi rampung dengan cepat.
Jarum jam menunjukkan pukul 18.00 WIB lebih, jenazah Raka sudah dapat dibawa pulang.
"Saat itu, saya ditanya oleh petugas jenazah, 'Bawa mobil atau tidak?'" kata Vebby.
Saat menuju RS Budi Asih, Vebby bersama suaminya menggunakan taksi online dari rumahnya.
Baca Juga: Cara Hasilkan Uang Lewat TikTok, Bisa Dapat Penghasilan hingga Rp 13,9 Miliar Sekali Posting
Petugas jenazah kemudian memberinya opsi, yakni menggunakan ambulans Pemprov DKI Jakarta atau ambulans swasta.
"Mereka bilang, ambulans DKI kemungkinan lama. Ambulans swasta mahal. Sementara ambulans mereka sedang tidak stand by," kata Vebby.
"Dalam posisi kalut gitu, saya berpikir, kalau yang namanya lama itu pasti di atas 2 jam. Kalau mahal di atas Rp 300.000. Sementara uang pegangan saya tinggal sekitar Rp 100.000," ia menambahkan.
Di tengah duka, Vebby dan suami mesti memutar otak.
Sisa uang di kantong memang sudah tipis saat itu. Pasalnya, waktu berangkat ke RS Budi Asih, Vebby dan suami hanya mengantongi uang sejumlah Rp 300.000.
Itu pun meminjam dari seorang saudara, karena mereka memang tak punya jadwal ke rumah sakit hari itu.
Pilihan paling efisien akhirnya jatuh ke moda taksi online.
Baca Juga: Tiba-tiba Muncul, Nunung Bikin Heboh Satu Studio dan Janji Belikan Motor pada Perempuan Ini
Namun, mereka mesti menunggu jenazah bayinya selama hampir 2 jam, karena para pengemudi taksi online yang dipesan menolak membawa jenazah.
"Mereka kan butuh waktu lama untuk datang. Begitu datang, petugas jenazah memberi surat jalan bahwa ini membawa jenazah. Pengemudi yang pertama seperti marah gitu, bilangnya order tidak sesuai dengan aplikasi. Sementara pengemudi kedua menolak begitu saja," Vebby bercerita.
Sang suami akhirnya memesan lagi taksi online untuk kali ketiga.
Jam dinding menunjukkan waktu jelang pukul 20.00 WIB.
Vebby berdoa agar kali ini, ia tak lagi ditolak.
Doanya terkabul, pengemudi taksi online bernama Weimpy Sulendra datang ke depan ruang jenazah, lalu menerima surat jalan dari petugas jenazah.
Vebby, suami, dan jenazah bayi Raka akhirnya tiba di rumah jelang pukul 20.30 WIB, setelah menempuh jarak sejauh 16,9 kilometer dari RS Budi Asih.
"Kalau saat itu misalnya ditolak lagi untuk ketiga kalinya, saya nekat nak busway (Transjakarta). Beneran," tutur Vebby.
"Itu (RS Budi Asih) kan enggak jauh dari halte PGC. Mungkin saya jalan ke depan, naik angkot ke PGC, terus saya naik busway. Terserah saya dibilang orang gila, di busway bawa-bawa mayat," ia menambahkan.
Baca Juga: Rupanya Ada Sejarah Menyedihkan Dibalik Kelezatan Mie Instan yang Mendunia
Vebby mengaku tak bisa banyak berkata-kata untuk menilai perbuatan Weimpy Sulendra yang rela mengantar jenazah bayinya pada malam itu.
"Saya cuma bisa berterima kasih banyak. Saya cuma bisa berdoa, pengemudinya diberikan rezeki 7 turunan oleh Tuhan. Tidak putus-putus. Banyak orderan terus," ungkap Vebby.
"Ya Tuhan, ini orang benar-benar baik banget. Benar-benar mulia sekali," imbuh dia.
Tak hanya rela mengantar jenazah bayi Raka, Weimpy pun menolak uang tip yang disodorkan suami Vebby sebagai ucapan terima kasih.
Sebaliknya, Weimpy malah menyelipkan uang "lembaran merah" sembari bersalaman, menyebutnya sebagai "titipan untuk membeli air mawar".
"Nanti kalau rezeki juga ada lagi, Bu," kata Vebby menirukan ucapan Weimpy selepas menyelipkan uang duka.
Vebby kemudian menceritakan kisahnya ke akun Facebook pribadinya, kemudian viral.
Dalam kisahnya, ia turut melampirkan rasa syukur dan pujian bagi Weimpy yang seolah jadi pahlawannya malam itu, mengantar jenazah bayinya pulang ke rumah.
Sosok Weimpy, di mata Vebby, seakan membuktikan bahwa belum punah orang-orang baik dan tulus di kerasnya Ibu Kota.
"Ini saya tulis biar semua orang tahu, berbagi itu enggak bikin kita miskin. Saya cuma bisa bilang begitu," tutur dia.
"Biar orang tahu, di Jakarta ini masih ada orang baik. Setahu saya di Jakarta yang terlalu keras, sudah punah orang baik," ucap Vebby terdengar menahan tangis.
Selain mengirimkan doa agar Weimpy diganjar rezeki atas uluran tangannya, Vebby juga berharap agar perusahaan tempat Weimpy bernaung sebagai taksi online, yakni Go-jek memberikan apresiasi khusus.
"Saya bikin postingan juga biar dia orderannya ada terus, biar dia dapat reward spesial dari Go-jek, biar Go-jek tahu," tutur dia.
Baca Juga: Arkeolog Temukan Kuil Kanaan Usia 3000 Tahun dan Penuh Artefak Kuno : Ada Dewa Memukul Musuh Mereka
Artikel ini telah tayang di Wiken dengan judul Kronologi Lengkap Kisah Pengemudi Taksi Online Mengantar Ibu yang Membawa Jenazah Bayinya
(*)