GridHype.ID - Jujur atau kejujuran merupkaan keterusterangan pada perkataan atau perilaku.
Lawan kata dari kejujuran sendiri adalah kebohongan.
Ya, setiap manusia pasti pernah berbohong, entah pada orangtua, teman, atau orang lain.
Baca Juga: 7 Kesalahan Umum yang Sering Dilakukan Orangtua Saat Mendidik Anak
Dimaklumi atau tidak, anak-anak tentu juga memiliki kecenderungan berbohong di usia mereka yang masih sangat kecil.
Sebagaimana dilansir dari Nakita.ID, menurut American Academy of Child & Adolescent Psychiatry, anak-anak dan orang dewasa punya motivasi yang mirip ketika memutuskan berbohong.
Misal, untuk keluar dari masalah, untuk keuntungan pribadi, untuk mengesankan atau melindungi seseorang, atau untuk bersikap sopan.
Baca Juga: Orangtua Harus Waspada, Jajanan Anak yang Biasa Dijajakan ini Bisa Jadi Pemicu Leukimia
"Semua anak pasti pernah berbohong. Tetapi mengajari anak-anak tentang pentingnya kejujuran lebih awal dan mengajari mereka bagaimana menyelesaikan situasi sehingga mereka tidak perlu berbohong akan membuat mereka lebih sering jujur," kata Victoria Talwar, PhD, associate professor di Departemen Pendidikan dan Psikologi Konseling di McGill University di Montreal.
Lantas, bagaimana kita sebagai orangtua harus menghadapi anak-anak kita yang ketahuan berbohong?
Mengingat kita sebagai orangtua adalah panutan utama dalam kehidupan mereka, tentunya kita harus mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menghadapi mereka, terutama bila ketahuan berbohong.
Nah, agar dapat menghindari kebiasaan berbohong pada anak dan mengajarkan mereka tentang pentingnya kejujuran, orangtua harus tahu cara-cara yang tepat menghadapi mereka.
Berikut ulasannya!
Anak usia 2-4 tahun
Saat baru bisa berbicara, balita biasanya belum punya gagasan yang jelas tentang kejujuran dan kebohongan.
Menurut Elizabeth Berger, seorang konsultan orangtua, psikiater anak, dan penulis buku Raising Kids with Character, balita juga belum punya pemahaman yang cukup mengenai perbedaan antara kenyataan, lamunan, harapan, fantasi, dan ketakutan.
Emosi balita yang kuat bisa membuat dia bersikeras mengatakan ada orang lain yang makan kuenya, padahal dia sendirilah yang memakannya.
Alih-alih menghukumnya, kita sebagai orangtua bisa merespon kebohongan mereka secara halus.
Seperti, “Oh iya? Lalu kenapa ada remah kue di dagumu?”
Balita terlalu muda untuk dihukum karena berbohong, tapi kita sebagai orangtua bisa mengajari mereka tentang kejujuran dengan halus.
Saat balita mulai lancar berbicara, gunakan setiap kesempatan untuk menjelaskan apa itu kebohongan dan mengapa hal itu buruk.
Tanggapi kebohongannya dengan bersikap tegas dan serius.
Jangan sampai terbawa dengan kebohongannya, tapi dengarkan perkataan mereka, dan dengan lembut koreksi kesalahan dan kebohongannya.
Anak usia 5-8 tahun
Di rentang usia ini, anak-anak biasanya lebih banyak berbohong.
Biasanya, kebohongan anak-anak di usia ini berkaitan dengan sekolah, PR, guru, atau teman.
Untungnya, kebanyakan kebohongan yang dilakukan anak relatif mudah dideteksi.
Jadi, bicaralah secara terbuka kepada mereka, perhatikan saat seorang anak bersikap jujur, dan jangan ragu berikan pujian.
Anak-anak usia sekolah adalah pengamat yang tajam, sehingga menjadi panutan yang baik sangat penting dilakukan.
Hati-hati dengan kebohongan reflek yang mungkin bisa diucapkan atau dilakukan, sekecil apapun.
"Tidak peduli seberapa banyak ibu berbicara tentang pentingnya kejujuran, ibu akan melemahkan pesan jika anak-anak melihat ibunya tidak jujur," kata Dr. Talwar.
Bagaimanapun juga, sebagai orangtua, kita harus menjadi panutan yang baik untuk anak-anak kita, termasuk bagaimana mengajarkan mereka tentang kejujuran.
Dan jangan lupa, cara menghadapi anak-anak yang berbohong tentu akan berbeda dengan cara kita menghadapi kebohongan orang dewasa.
Jadi, tetap tegas tanpa menggunakan kekerasan atau hukuman yang kasar, ya.
(*)
Artikel ini telah tayang di Nova.id dengan judul Cara Tepat untuk Orang Tua dalam Hadapi Anak yang Ketahuan Berbohong