Intip Potret Banjiha, Lokasi Kumuh di Film Parasite Pemborong 4 Kategori Oscar

Rabu, 12 Februari 2020 | 16:27
(CJ Enm Corporation, Barunson E&A All Rights Reserved)

Seluruh set permukiman keluarga Kim dibangun sedemikian rupa sehingga dapat diisi dengan air untuk adegan banjir.

GridHype.ID - Euforia perhelatan Academy Award ke-92 atau Oscar 2020 di Los Angeles yang masih menjadi perhatian publik.

Oscar selalu ditunggu karena ini merupakanpenghargaan tertinggi bagi insan perfilman dunia.

Pada Oscar tahun ini mencetak sejarah baru bagi film Asiaberkat diborongnya 4 kategori sekaligus oleh film Parasite.

Menyisakan kisah sendiri mengenai potret apartemen kumuh atau banjiha di Korea Selatan sebagai sett film Parasite. Film Parasite sendiri memenangkan 4 kategori dalam perhelatan Oscar 2020.

Baca Juga: Terdengar Sadis, Begini Cara Pemerintah China Perlakukan Ribuan Korban Jiwa Akibat Virus Corona

Film dengan plot penuh intrik ini menyabet kategori Best Picture dan Best Original Screenplay atau Skenario Asli Terbaik yang merupakan dua kategori bergengsi di Oscar 2020.

Namun meski ceritanya fiksi belaka, kehidupan dalam film merupakan realitas sosial yang memang terjadi di Negeri Gingseng.

Film tersebut bercerita tentang sebuah keluarga Gi Taek (Song Kang Ho) yang sangat miskin.

Semua anggota keluarganya merupakan pengangguran.

Saking melaratnya, keluarga tersebut harus tinggal berdesakan di sebuah apartemen bawah tanah atau semi basement yang kecil dan gelap.

Sementara di alur cerita lainnya, kehidupan kontras sebuah keluarga yang amat kaya yang tinggal di perumahan super elit dengan sang kepala keluarga adalah Park (Lee Sun Gyun).

Baca Juga: Terdengar Sadis, Begini Cara Pemerintah China Perlakukan Ribuan Korban Jiwa Akibat Virus Corona

Apartemen Gi Taek beserta istri dan dua anaknya ini digambarkan hidup serba susah, sehingga terpaksa tinggal di apartemen bawah tanah yang disebut banjiha.

Asal tahu saja, lantaran tak kuat menyewa properti yang layak, ribuan keluarga miskin di Korea Selatan harus hidup di banjiha yang kumuh dan gelap.

Dilansir dari BBC, Senin (10/2/2020), pada dasarnya banjiha merupakan tempat tinggal yang jauh dari kata layak dengan sedikit cahaya yang masuk.

Bahkan saking minimnya cahaya, tanaman kecil sejenis succulent sulit untuk hidup.

Karena letaknya di basement, penghuni banjiha bisa mengintip suasana di luar apartemen dari jendela yang letaknya hampir di bawah gang sempit.

Baca Juga: Lakukan Cara Sederhana Ini Untuk Hilangkan Jamur di Kuku Kakimu

Saat musim panas datang, penghuninya akan merasa sangat sumpek karena kelembaban yang tinggi.

Belum lagi jamur yang tumbuh sangat subur di dalam apartemen kumuh itu.

Soal kamar kecil, jangan ditanya, air dan kotoran kerap menggenangi lantai.

Sementara langit-langit di beberapa bagian tempat tinggal itu sangat rendah sehingga perlu merunduk agar kepala penghuni terhindar dari membentur langit-langit.

"Pertama kali saya pindah, saya mendapatkan memar karena tulang kering saya membentur di tangga dan goresan karena merentangkan tangan saya di dinding beton," kata Oh (31), salah seorang pekerja logistik yang menghuni banjiha.

Baca Juga: Berita Duka! Cameo Drama Goblin, Go Soo Jung Meninggal Dunia

Menurut Oh, saat ini dirinya sudah terbiasa dengan tempat tinggalnya itu. "Saya sekarang sudah tahu letak dimana ada gundukan dan lampu berada," ucapnya.

Film Parasite yang disutradarai Bong Joon-ho mengisahkan tentang sisi lain kehidupan Korsel dimana masih terdapat jurang kesenjangan sosial yang sangat kontras.

Banjiha merupakan potret kerasnya kehidupan di kota-kota besar di Korsel.

Keberadaan banjiha sendiri sudah cukup lama. Sejarah tempat tinggal di ruang-ruang kecil ini bisa ditarik saat perang Korea antara Korea Selatan dan Korea Utara.

Pada tahun 1968, tentara Korea Utara menyelinap masuk ke Seoul dalam misi membunuh Presiden Korea Selatan Park Chung-hee. Upaya pembunuhan itu gagal.

Baca Juga: Istri Kedua Minta Cerai, Kiwil: Keputusan Ada di Tangan Saya!

Lantaran kekhawatiran adanya serangan Korut, Pemerintah Korsel memperbaharui aturan, dimana semua bangunan apartemen bertingkat rendah yang baru dibangun harus memiliki ruang bawah tanah untuk difungsikan sebagai bunker saat keadaan darurat.

Namun, lama kelamaan seiring masa damai, bunker tersebut dialihkan pemilik apartemen untuk disewakan sebagai tempat tinggal murah. Meski awalnya menyewakan banjiha merupakan tindakan ilegal.

Tetapi karena permintaan hunian yang meningkat pesat serta krisis properti di tahun 1980-an, membuat kebutuhan papan semakin menipis di kota-kota besar, memaksa pemerintah melegalkan ruang bawah tanah bisa ditinggali.

Baca Juga: Ngeri! Belum Juga Ditemukan Vaksin Penangkalnya, Kini Muncul Penyakit Misterius dari Afrika yang Lebih Mematikan dari Virus Corona, Mampu Membunuh Penderitanya Hanya dalam 48 Jam Sejak Terinfeksi

Tahun 2018, PBB mencatat meskipun Korsel jadi negara dengan ekonomi terbesar di urutan ke-11 dunia, perumahan bagi warga miskin masih jadi masalah yang tak kunjung terselesaikan di negara itu. Untuk pekerja di bawah usia 35 tahun, rasio kemampuan sewa terhadap pendapatan masih berkisar 50 persen.

Kondisi ini membuat banjiha jadi alternatif hunian terjangkau dengan sewa bulanan sekitar 540.000 won atau sekitar 453 dollar AS per bulannya. Sementara gaji rata-rata orang berusia 20-an tahun sekitar 2 juta won atau 1.679 dollar AS per bulan.

"Saya baik-baik saja tinggal di apartemen ini. Saya memilih tempat ini untuk menghemat uang dan bisa menabung lebih banyak," kata Oh.

Baca Juga: Prediksi Mbak You! Ada Bencana Alam yang Lebih Besar, Banjir Jakarta Baru Permulaan

"Di Korea, orang-orang berpikir penting memiliki rumah dan mobil yang bagus. Saya pikir memang banjiha itu potret kemiskinan. Mungkin ini sebabnya, dimana saya tinggal, itu menentukan siapa saya," kata Oh lagi.

Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul Banjiha, Potret Apartemen Kumuh dan Kemiskinan Korea di Film Parasite.(*)

Editor : Nailul Iffah

Sumber : kompas

Baca Lainnya