Tak Hanya Mengganggu Penampilan, Perut Buncit Juga Pengaruhi Fungsi Otak

Minggu, 09 Februari 2020 | 18:20
freepik.com

Ilustrasi perut buncit

GridHype.ID - Perut buncitjadi salah satu masalah yang dialami oleh semua orang, baik pria maupun wanita.

Banyak orang yang berusaha dengan cara apa saja agar terlepas dari perut buncit.

Perut buncit mungkin menjadi permasalahan untuk banyak orang karena mengganggu penampilan.

Baca Juga: Heboh Ratusan Pasien Antre Pengobatan Alternatif Ningsih Tinampi

Namun, perut buncit tidak hanya menganggu penampilan loh, perut buncit juga bisa mempengaruhi fungsi otak kita.

Hal tersebut telah terbukti lewat riset yang dilakukan di Inggris dengan menganalisis 9.600 orang dengan berat badan berlebih.

Dari riset tersebut terungkap bahwa orang dengan berat badan berlebih memiliki volume materi abu-abu di otak yang lebih rendah daripada orang dengan berat badan normal.

Baca Juga: Kakak Kandung Chelsea Olivia Lakukan KDRT, Sang Mertua Ungkap Bukti dan Kronologinya

Materi abu-abu mengandung sebagian besar sel-sel saraf otak. Penelitian sebelumnya telah membuktikan penyusutan materi abu-abu dapat meningkatkan risiko demensia.

Sayangnya, peneliti tidak bisa menemukan alasan mengapa obesitas menyebabkan volume materi abu-abu di otak menyusut.

Baca Juga: Jackie Chan Umumkan Sayembara Bagi Penemu Antivirus CoronaHadiah 1,9 Miliar!

"Karena kami hanya mengukur volume materi abu-abu pada satu kesempatan, sulit untuk menafsirkan apakah perbedaan itu bermakna secara klinis," kata Mark Hamer, seorang profesor di Universitas Loughborough di Leicestershire, Inggris, yang memimpin riset tersebut.

Melansir laman Healthline, pendiri The Alzheimer’s Drug Discovery Foundation, Howard Fillit, mengatakan bahwa lemak perut lebih berperan besar dalam menyebabkan penyusutan volume materi abu-abu di otak daripada indeks massa tubuh.

Baca Juga: Masa Lalu Syahrini Terungkap! Incess Akui Sering Dugem dan Menginap di Rumah Teman Prianya

Menurutnya, lemak di perut dapat menyebabkan peradangan yang meningkatkan risiko gangguan kognitif.

Selain itu, para ahli juga menyimpulkan bahwa rasio pinggang dan panggul adalah cara terbaik untuk mengukur tingkat obesitas keseluruhan daripada indeks massa tubuh, terutama pada orang berusia tua yang telah kehilangan massa otot karena penuaan.

"Indeks massa tubuh dalah indikator obesitas sentral yang kurang dapat diandalkan," ucap Fillit.

Baca Juga: Asah Kemampuan Akting, Wulan Guritno Ikut Teater Musikal Pusaran Cinta

Obesitas ganggu fungsi otak

Di sisi lain, obesitas memang meningkatkan risiko gangguan kognitif melalui tiga cara berikut:

Menyebabkan peradangan

Menyebabkan gangguan metabolisme seperti resistensi insulin

Kurangnya latihan fisik

Baca Juga: Mengenal Tokoh Wartawati Perempuan Pertama Indonesia, Ruhana Kuddus

Oleh karena itu, Fillit memperingatkan agar kita berhati-hati terhadap penumpukan lemak perut karena hal tersebut bisa menjadi indikator buruknya tingkat kesehatan kita.

Dokter spesialis penyakit dalam dan obesitas, Alexandra Sowa, juga mengatakan, indek massa tubuh adalah pedoman pengukuran obesitas yang kurang tepat.

"Hanya mengandalkan rasio tinggi dan berat badan tidak bisa menentukan ukuran lemak tubuh," ucap dia.

Baca Juga: Percaya Kutukan, Keluarga di Pekalogan Ini Putuskan Hidup Dalam Hutan Setelah Anaknya Satu Persatu Meninggal

Hal paling tepat untuk menentukan tingkat obesitas adalah dengan menghitung rasio pinggang dan panggul karena lebih berfokus pada pengukuran lemak perut.

"Lemak perut berada di area sistem endokrin yang mengeluarkan hormon dan bahan kimia terkait perkembangan berbagai penyakit," ungkap Sowa.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ukuran rasio pinggang dan panggul yang sehat tidak melebihi 0,85 untuk wanita dan maksimal 0,9 untuk pria.

Baca Juga: 50 Tahun Dirantai dan Kerap Makan Plastik, Gajah Ini Berikan Reaksi Mengejutkan Saat Bebas dari Kurungan

Lebih dari angka tersebut, maka seseorang bisa dikategorikan obesitas.

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Riset Buktikan Perut Buncit Bikin Fungsi Otak Terganggu, Kok Bisa?

Editor : Nailul Iffah

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya