Laporan Wartawan GridHype.ID, Ruhil I. Yumna
GridHype.ID-Seperti kata pepatah dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, setiap daerah memiliki aturan masing-masing yang harus dipatuhi.
Seringkali aturan-aturan yang berlaku di suatu budaya atau daerah tak dapat dicerna oleh kita yang tak hidup di daerah itu.
Aturan yang berlaku di Thailand ini rupanya menimbulkan akibat fatal pada jiwa seseorang.
Baca Juga: Wendi Cagur Sempat Curhat ke Alm Uje dan Ajak ke Psikiater Saat Istrinya Minta Cerai
Salah satunya adalah kematian tragis yang dialami oleh Ratu Thailand, Sunandha Kumariratana.
Dilansir dari The Vintage News, Ratu Sunandha Kumariratana adalah istri pertama dari Raja Siam Chulalongkorn dari kerajaan Thailand.
Dia dicintai oleh rakyatnya atas jasanya dan pikiran progresif salah satunya telah menghapuskan perbudakan.
Saat meninggal, Ratu Sunandha Kuriratana telah dikaruniai seorang anak perempuan dan sedang mengandung anak keduanya.
Peristiwa tragis itu terjadi pada Mei 1880, saat sang ratu dalam perjalanan ke kediaman musim panas Bang Pa-In yang terletak di luar Bangkok.
Usianya kala itu masih tergolong belia yakni 19 tahun.
Bersama dengan Putri Karnabhorn Bejraratana dan sekelompok penjaga serta pelayan ia menyebrang Sungai Chao Phraya, sungai terbesar di Thailand.
Baca Juga: Kecelakaan Maut Antara Ambulans dan Truk di Ruas Tol Pejagan Menewaskan 5 Orang
Permaisuri ratu dan putrinya berada di kapal terpisah dengan para pengawalnya.
Malangnya kapal besar yang membawa sang ratu terbalik karena arus yang kuat.
Ratu yang tengah berbadan dua dan putrinya terbawa arus deras.
Melihat kejadian ini, para pengawal dan penjaga justru hanya bisa memandangi dan diam saja.
Tak ada satupun dari mereka berbaik hati menolong.
Padahal mereka tahu di hadapannya ada sang ratu dan putrinya yang tengah meregang nyawa.
Nahasnya, ibu dan anak itupun tewas tenggelam ditelan oleh arus air sungai yang deras.
Baca Juga: Jalani Ritual Langka Topo Pendem Alias Dikubur Hidup-hidup, Rumah Pria Ini Ramai Dikunjungi
Pertanyaan dalam benakpun muncul, apakah ini sebuah konspirasi?
Jangan terlalu gegabah menyalahkan, para pelayan dan penjaga ini hanyalah mematuhi sebuah peraturan aneh yang ada di negeri tersebut.
Pada jaman dahulu, di Thailand rupanya ada sebuah peraturan, dimana orang biasa atau rakyat jelata tak diizinkan untuk menyentuh anggota kerajaan.
Bagi siapapun yang melanggar aturan tersebut harus bersiap menerima hukuman mati.
Selain dikarenakan aturan aneh itu, sumber lain menyebutkan jika para pelayan dan penjaga ini mempercayai sebuah kepercayaan takhyul yang berkembang kala itu.
Kepercayaan itu menyebutkan bahwa siapapun yang menawarkan bantuan pada orang yang tenggelam di sungai, berarti telah melawan roh-roh yang hidup di air.
Dimana pada akhirnya mereka akan mati bersama orang yang ditolong.
Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu, Tepung Beras Ternyata Bisa Jadi Obat Jerawat yang Ampuh!
Raja Chulalongkorn tentu tak terima akan tindakan para pengawal dan penjaga tersebut.
Ia kemudian memerintah bawahannya untuk memenjarakan petugas yang tak mengambil inisiatif untuk menyelamatkan istrinya.
Raja amat terpukul akan kehilangan tiga orang yang berarti dalam hidupnya.
Kedukaan dan rasa cintanya ia buktikan dengan megahnya prosesi penguburan istri dan anak-anaknya itu.
Bahkan prosesi penguburan itu dianggap paling mahal dalam sejarah kerajaan di Asia.
Sebagai bentuk rasa cintanya ia membangun sebuah patung peringatan untuk anak-anak dan istrinya di belakang istana.
(*)