Diduga Alami Depresi, Mahasiswa S2 ITB Ini Ditemukan Tewas Gantung Diri

Kamis, 05 September 2019 | 17:52
Kompas via Asiandelight

Ilustrasi bunuh diri

Laporan Wartawan Grid.ID, Ruhil I. Yumna

GridHype.ID - Seorang mahasiswa S2 Institut Teknologi Bandung (ITB) ditemukan tewas tergantung di kamar kosnya di kelurahan Sekelola, Kecamatan Coblong, Kota Bandung.

Dugaan awal, polisi menduga bahwa mahasiswa S2 ITB itu tewas gantung diri karena mengalami depresi.

Diketahui mahasiswa tersebut adalah Muhtar Amin, adalah mahasiswa S2 ITB, jurusan Mikro Elektronik yang berasal dari Mojolaban, Sukoharjo.

Baca Juga: 4 Fakta Kasus Bunuh Diri Mahasiswa S2 ITB, Akhiri Hidup Karena Depresi dan Sempat Tinggalkan Pesan Terakhir

Kapolsek Coblong AKP Auliya Djabar dalam keterangannya menyatakan jika peristiwa itu terjadi di kamar kos korban, pada Selasa (3/9/2019) sore sekitar pukul 17.15 WIB.

Hal ini terungkap dari salah satu temannya yang curiga adanya tali tambang biru yang terlilit di kusen pintu kamarnya.

"Diketahui oleh temannya yang curiga melihat ada tali tambang biru terlilit di kusen pintu," ujar AKP Auliya Djabar dikutip dari TribunJabar.

Karena kecurigaan itu ia lalu memanggil temannya yang lain untuk membantunya mendobrak pintu kamar.

Mereka rupanya sempat mengalami kesulitan pasalnya tubuh korban berada di balik pintu.

Kemudian mereka berhasil mendobrak pintu tersebut.

"Korban terlepas dari tali ikatan jatuh ke bawah dalam posisi terlentang." kata Auliya Djabar.

Baca Juga: Sebelum Meninggal Pentolan Queen Ini Sebut Dirinya Idap HIV AIDS, Ternyata Begini Fakta Kematian Freddie Mercury

"Bunuh diri dengan cara gantung diri di kusen pintu kamar kostnya," imbuhnya.

Auliya menjabrakan jika di tubuh korban tidak ditemukan bekas kekerasan fisik apapun.

Di kamar korban, polisi berhasil menemukan sebuah surat dari sebuah rumah sakit di Kota Bandung.

"Ditemukan surat kontrol dari RS Melinda 2 kejiwaan menerangkan bahwa korban mengalami depresi," ujarnya.

Tak hanya itu polisi juga menemukan pesan terakhir korban yang ditulis oleh Muhtar Amin di dalam laptopnya yang menyala.

Pesan terakhir itu ditulis di aplikasi catatan di laptopnya.

"Di laptopnya ada tulisan 'sorry everyone. I just can't take it anymore'," ucap Auliya.

Baca Juga: Jangan Ditiru! Remaja Ini Alami Patah Tulang Belakang Akibat Keusilan TemannyaSaat ditemukan Muhtar Amin sedang memutar sebuah lagu yang berjudul Will The Circle Be Unbroken.

Lagu berirama sedih dan berlirik sendu itu terputar di laptopnya.

"Terlihat di laptopnya, korban sedang mendengarkan lagu untuk Ost sebuah game dari YouTube," ucap Auliya.

Selama hidupnya Muhtar Amin dikenal sebagai seorang mahasiswa yang berprestasi.

Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Alumni dan Komunikasi ITB, Miming Raharja.

"IPK S2 juga mencapai 3,88 skala 4,0, anaknya pandai dan sangat rajin ya, jadi dalam konteks kinerja belajar mestinya tidak ada masalah, karena baik-baik saja," ujarnya.

Di ITB sendiri, korban tercatat sebagai mahasiswa sarjana Teknik Elektro angkatan tahun 2014, yang kemudian melanjutkan Pascasarjana Mikro Elektronika pada tahun 2018. Saat ini korban masih menginjak semester II.

Baca Juga: Heran Elza Syarief Laporkan Dirinya ke Polisi, Hotman Paris Sebut Ada Sosok Kompor di Baliknya

Namun dari pihak kampus sendiri tidak tahu persis lingkungan pergaulan dari korban.

Bersamaan dengan temuan surat dari rumah sakit yang menyatakan depresi, di kamar korban juga ditemukan bukti obat-obatan yang diperuntukkan untuk depresi.

"Ada bukti baru, ada obat (untuk) depresi satu sachet. Obatnya didapat sekitar sebulan ke belakang," ujar Auliya.

Kini jenazah dari korban sudah dibawa oleh keluarga dan akan disemayamkan di rumah korban.

Kondisi Depresi dapat dialami oleh siapapun tak pandang umur dan status sosial.

Jika kiranya ada diantara kamu merasakan hal yang serupa, tak ada salahnya untuk meminta bantuan.

Kamu juga bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini: https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/

(*)

Editor : Nailul Iffah

Sumber : tribunnews, Kompas

Baca Lainnya