Kisah Pilu Dua Lansia Tak Berdaya Akibat Kelaparan yang Hidup di Gubuk Reyot

Jumat, 30 Agustus 2019 | 14:00
dok.KOMPAS/ TAUFIQURRAHMAN

Tinggal di Gubuk Reyot Sebatang Kara, Nenek Ini Teriak-Teriak Saat Lapar dan Sakit, Ini Kisah Pilunya

Gridhype.ID - Di sebuah gubuk reyot berukuran kurang dari 4x6 meter itu terlihat sudah doyong tinggal dua orangtua tak berdaya.

Tak hanya itu, gubuk tersebut juga tampak bocor di sana-sini akibat lapuk dimakan usia.

Jauh dari kata layak, tak ada satupun fasilitas mewah apalagi prabotan yang bernilai dalam gubuk tersebut.

Baca Juga: Miris! Mantan Artis Ciliknya Tega Tak Akui Orangtuanya yang Hanya Bekerja Sebagai Buruh Bengkel Kasur

Pengap dan bau amis menyeruak saat memasuki gubuk tersebut.

Meski demikian, gubuk tua itu merupakan saksi bisu perjuangan hidup lansia kakak beradik Solihin (92) dan Siti Muhda (95).

Keduanya dijumpai di pedalaman salah satu lokasi perkebunan sawit di Desa Polo Camba 1, Kecamatan Pangale, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Senin (4/3/2019) lalu, oleh sejumlah anak muda.

Saat itu, mereka mengaku lapar karena tidak makan selama beberapa hari.

Sitti Muhda tampak lemas mengaku sudah beberapa hari ini hanya mengganjal perutnya dengan air putih.

Baca Juga: Kembali Bikin Heboh! Beredar Video Barbie Kumalasari Cium Seorang Pria

KOMPAS.com/JUNAEDI
KOMPAS.com/JUNAEDI

Kisah Dua Kakak Beradik Lansia, Sudah Buta dan Harus Bertahan Hidup Tanpa Makanan di Gubuk Reyot

Beberapa hari terakhir, tak ada warga yang biasanya datang menjenguk dan membawa makanan.

Baca Juga: Lama Vakum di Dunia Hiburan karena Idap Autoimune, Puteri Indonesia 2009 Pilih Pekerjaan Ini Sekarang

“Sakit ulu hati saya (karena) sudah beberapa hari hanya minum dan tidak makan,” tutur Sitti Muhda di gubuknya.

Anak-anak muda yang datang itu pun menyuguhi mereka dengan mi, makanan ringan dan telur yang dibeli di salah satu warung di kampung.

Keduanya juga mengalami kebutaan karena faktor usia.

Sitti Muhda lalu bercerita, dia punya seorang putri, namun sudah lama mereka berpisah karena sang anak mengikuti suaminya.

Kondisi hidupnya, lanjut Sitti Muhda, juga tak jauh berbeda dengannya.

Sementara itu, sang adik, Solihin, mengaku sudah biasa dengan keterbatasan penglihatan yang menderanya bertahun-tahun.

Sudah biasa baginya meraba lantai atau dinding rumah yang sudah keropos agar terhindar dari menabrak barang-barang saat berjalan atau tersandung lantai yang sudah berlubang-lubang.

Baca Juga: Terlilit Utang Rp10 Miliar, Motif Sakit Hati Juga Jadi Pemicu AK Nekat Bunuh Suami dan Anak Tirinya

“Agar tidak terperosok di lubang lantai, saya kerap meraba-raba sambil jongkok,” ungkap Solihin.

Namun demikian, Sholihin mengaku tetap tegar dengan kondisinya.

Walau mengaku tak ingin menyusahkan siapa pun, Solihin mengaku, mereka hanya makan dari pemberian tetangga atau orang yang datang menjenguk.

Bahkan terkadang kedua lansia ini tidak makan sama sekali, jika persediaan beras atau makanan di rumahnya telah habis, sementara tak ada lagi warga yang datang menjenguk di rumahnya.

Koordinator Komunitas Pemuda Mateng, Rahmin Mahrul, yang menemukan kedua lansia ini mengatakan, mereka datang karena mendengar kabar bahwa keduanya telah kelaparan karena sudah berhari-hari tak makan.

Mereka mendapati, persediaan makanan apapun di rumahnya dari para dermawan sudah lama habis.

“Kondisinya miris, tampak lemas dan ulu hatinya sakit karena sudah berhari-hari tidak makan,” kata Rahmin. (*)

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul, “Kisah Lansia Kakak Adik di Mamuju, Badan Kurus Kering Karena Tak Makan Berhari-hari

Editor : Nailul Iffah